Senin 11 Jun 2018 15:58 WIB

Waspada, Surel Penjualan Tiket Palsu Piala Dunia Bermunculan

Tiket yang sudah habis mendorong penggemar mencari dari calo atau pihak ketiga

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang warga Rusia mengendarai sepeda di depan logo Piala Dunia 2018 di Moskow, Rusia, Rabu  (6/6).Piala Dunia 2018 akan berlangsung di Rusia dari 14 Juni hingga 15 Juli 2018.
Foto: EPA-EFE/Yuri Kochetkov
Seorang warga Rusia mengendarai sepeda di depan logo Piala Dunia 2018 di Moskow, Rusia, Rabu (6/6).Piala Dunia 2018 akan berlangsung di Rusia dari 14 Juni hingga 15 Juli 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang dimulainya Piala Dunia 2018 di Rusia, Kaspersky Lab telah mengidentifikasi munculnya e-mail phishing dari para pelaku penipuan siber. Para pelaku menawarkan kesempatan untuk memperoleh tiket tamu ke Piala Dunia FIFA 2018, tetapi dengan harga berkali lipat dari aslinya.

Beberapa tiket ditawarkan mencapai 10 kali harga asli dan kemungkinan besar tiket tidak dapat digunakan karena ketatnya pendaftaran dan prosedur pindah tangan. Para penipu ini mengambil uang dan mengumpulkan data pribadi pengguna, termasuk informasi pembayaran untuk mencuri lebih banyak uang.

Menurut penelitian Kaspersky, ada risiko nyata bahwa pengguna mengeluarkan banyak uang tanpa mendapatkan hasil apa pun. Dengan pengumpulan data pribadi, selanjutnya bisa dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan pencurian uang.

"Kami mengingatkan para fan sepak bola untuk ekstra waspada dan cerdas saat melakukan pembelian tiket. Jangan terkecoh dengan bentuk tawaran apa pun. Satu-satunya cara untuk mendapatkan tiket yang asli adalah membeli dari penjual resmi, " kata Andrey Kostin, Senior Web-Content Analyst di Kaspersky Lab, Senin (11/6)

Ia mengatakan, untuk memastikan pengguna tidak menjadi korban penipuan jenis ini, sistem anti-phishing Kaspersky Lab mendeteksi dan memblokir e-mail (surel) dan situs web yang diduga palsu.

Besarnya ajang Piala Dunia ini dimanfaatkan oleh para penipu dunia maya dengan sasaran para penggemar sepak bola yang kurang waspada. Para korban menerima e-mail yang seakan-akan merupakan e-mail asli dari penyelenggaraan Piala Dunia 2018.

Sistem pembelian tiket Piala Dunia 2018 bisa dikatakan cukup rumit. Contohnya, pembelian tiket resmi hanya tersedia melalui situs resmi FIFA 2018 dan melalui proses berlapis untuk alasan keamanan.

Pemesanan tiket melalui tiga tahap dan satu tiket hanya berlaku untuk satu orang. Pengecualian berlaku untuk 'tiket tamu' yang memungkinkan pembelian hingga tiga tiket tambahan. Dengan catatan, tiket tamu ini harus mendaftarkan nama dan pemegang identitas tersebut merupakan pemegang tiket yang sah.

Perubahan hanya bisa berlaku jika pemegang tiket yang sah melakukan pemindahan ke nama penerima berikutnya. Dengan prosesnya yang rumit, para penipu justru menjadikan hal ini sebagai keuntungannya. Ketika laman pembelian tiket dibuka, situs resmi FIFA mengalami lonjakan kunjungan seiring banyaknya pembeli yang mencoba melakukan pemesanan sehingga dapat menyebabkan masalah koneksi.

Dalam proses pembelian tersebut, pelaku akan membeli tiket sebanyak mungkin dan kemudian dijual kembali kepada para penggemar sepak bola yang putus asa. Dengan kondisi tiket yang telah terjual habis, para penggemar tidak ada pilihan selain membeli di calo atau pihak ketiga demi menyaksikan pertandingan.

Selanjutnya, pelaku penipuan menyiapkan ratusan domain yang dilengkapi berbagai kata kunci berhubungan dengan Piala Dunia dengan iming-iming menjual tiket tamu. Tiket yang ditawarkan dinaikkan harganya menjadi dua kali lipat, bahkan sampai 10 kali, lebih mahal daripada harga aslinya.

Dengan syarat pembayaran penuh di depan, tidak ada jaminan penipu akan mengirimkan tiketnya, tidak ada jaminan tiket akan dapat digunakan untuk masuk stadion atau tidak ada jaminan bahwa tiketnya asli. Satu hal yang pasti adalah informasi pembayaran yang digunakan saat membeli tiket bisa dimanfaatkan untuk pencurian uang pada masa mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement