REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setahun silam, Amazon memperkenalkan konsep baru dalam berbelanja lewat dibukanya Amazon Go. Swalayan yang berlokasi di Seattle tersebut menawarkan pengalaman berbelanja dengan adopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Untuk bisa keluar masuk Amazon Go, pembeli harus memindai kode batang (barcode) pada akun Amazon masing-masing.
Setelah puas berbelanja, pengunjung bisa langsung melengang keluar tanpa perlu membayar secara tunai. Seluruh pembelanjaan secara otomatis terhubung ke tagihan akun Amazon pembeli. Dengan konsep ini, tak ada lagi istilah antre untuk membayar di kasir.
Kini, Jakarta pun tak kalah dari Seattle. Toko berkonsep manless and cashless telah hadir di ibukota. Namun bukan Amazon yang memboyong teknologinya ke Indonesia melainkan raksasa e-commerce asal Cina, JD. Pekan lalu, JD.ID resmi membuka toko berbasis kecerdasan buatan bernama JD.ID X di kawasan PIK Avenue.
Pusat belanja berbasis teknologi AI ini adalah yang perdana di kawasan Asia Tenggara. JD.ID X menawarkan sebuah konsep belanja futuristis dengan memanfaatkan teknologi pemindai wajah, radio-frequency identification (RFID), dan metode pembayaran non-tunai.
Republika berkesempatan mencoba masuk ke toko seluas 270 meter persegi ini. Sebelum masuk, pengunjung terlebih dulu harus memiliki akun di JD.ID dan memasukkan nomor kartu kredit.
Nomor kartu kredit ini berfungsi sebagai sarana pembayaran atas tagihan belanja. Setelah memiliki akun, JD.ID akan memberikan kode batang sebagai akses masuk toko.
Seorang konsumen sedang berbelanja di toko JD.ID X usai acara peresmian dibukanya toko JD.ID X dibuka di pusat perbelanjaan PIK Avenue Jakarta, Kamis (2/8).
Saat melangkahkan kaki ke dalam toko, wajah pengunjung juga akan dipindai. Di JD.ID X, kita dapat menemukan aneka produk kosmetik, fesyen, dan keperluan rumah tangga. Setiap produk yang dijual JD.ID X ditempeli kode batang. Sehingga, ketika konsumen mengambilnya sistem toko akan secara otomatis memindai barang tersebut dan memasukkannya ke tagihan kartu kredit pembeli.
Jika sudah selesai berbelanja, langkahkan kaki ke pintu keluar dan tunggulah sampai sistem selesai memindai wajah kita. Setelah proses pemindaian lengkap, pintu keluar akan terbuka secara otomatis. Dengan sistem ini, hanya orang-orang yang sudah terdaftar di aplikasi JD.ID yang bisa masuk ke toko.
Jika ditilik, lokasi toko memang tidak berada di pusat kota Jakarta yang mudah dijangkau. Akan tetapi, Presiden Direktur JD.ID Zhang Li optimistis akan keberlangsungan bisnisnya.
Menurut Li, JD.ID X tak sekadar toko ritel biasa namun menghadirkan pengalaman belanja futuristis yang tidak bisa diperoleh di toko manapun. “Kami meyakini kecerdasan buatan memiliki banyak potensi yang dapat digunakan di semua lini bisnis, termasuk e-dagang yang menjadi bisnis inti dari JD.ID,” ungkap Li.
Di balik kecanggihan toko fisik JD.ID, pasti muncul kekhawatiran di benak konsumen mengenai keamanan data pribadi mereka. Menanggapi hal ini, Li menegaskan identitas pembeli akan tersimpan rapat dan tak akan bocor karena pihaknya menerapkan keamanan siber berlapis.
Senada dengan Li, Head of Merchandiser JD.ID Santoso Kartono pun menjamin keamanan data para konsumen, baik pembelian secara daring maupun di toko fisik. "Sistem toko memindai kode batang dan wajah pengguna. Jadi akun tidak bisa digunakan oleh orang lain karena wajahnya berbeda," ungkap Santoso.
Saat ini, transaksi di JD.ID X masih terbatas dengan pembayaran lewat kartu kredit. Menurut Santoso, di masa yang akan datang JD.ID X akan melebarkan saluran pembayarannya tak hanya sebatas kartu kredit.
"Bisa pakai e-wallet atau metode lain yang jauh lebih simpel. Tetapi semua akan menggunakan teknologi berbasis AI," ujarnya.