Jumat 15 Feb 2019 18:43 WIB

Twitter Jadi Sarana Warganet Membicarakan Debat Pilpres

Isentia menemukan 118.122 buzz di media sosial dan daring terkait debat Pilpres kedua

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua KPU Arief Budiman (kiri) bersama pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Ma'ruf Amin (kedua kanan) serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) dan Sandiaga Uno (kanan) bersiap mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Ketua KPU Arief Budiman (kiri) bersama pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Ma'ruf Amin (kedua kanan) serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) dan Sandiaga Uno (kanan) bersiap mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat Pilpres kedua yang akan dilaksanakan Ahad, 17 Februari nanti tidak luput dari perbincangan warganet. Debat pertama juga turut menjadi topik viral tersendiri di media sosial.

Perusahaan media intelligence Isentia menangkap perbincangan sebanyak 72.534 buzz selama sebulan sebelum hingga pada hari dilaksanakannya debat putaran pertama. Lalu, bagaimana dengan euforia warganet jelang debat kedua.

Baca Juga

Terhitung dari 18 Januari hingga 10 Februari 2019, Isentia menemukan 118.122 buzz di media sosial dan daring terkait debat Pilpres putaran kedua ini.

Sebanyak 95.9 persen dari perbincangan tersebut berlangsung di Twitter, 2,2 persen melalui artikel-artikel di media online, 1,6 persen di Facebook, sementara 0,2 persen sisanya pada blog dan forum.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan kata yang paling banyak di-mention, yakni sebanyak 10.955 kali, diikuti dengan kata ‘Korupsi’ 10.536 kali, dan ‘Tim’ – yang mengacu pada tim pemenangan masing-masing paslon, sejumlah 9.802 kali.

“Banyak disebutnya KPU sebagai penyelanggara debat oleh netizen tidak terlepas dari topik-topik terkait yang sempat viral seperti penentuan moderator, perubahan format debat, hingga tak ada lagi kisi-kisi pada debat mendatang,” jelas Rendy Ezra, Insights Manager dari Isentia Indonesia.

Sementara jumlah mention kata ‘Korupsi’ tidak terlepas dari isu-isu terkait yang naik pasca debat pertama serta penggunaan tagar #korupsigaseberapa.

Isentia merupakan perusahaan analisa dan monitoring media berbasis Australia, didirikan pada tahun 1982 di Melbourne oleh Neville Jeffress. Awalnya, Isentia hanya menyajikan pemantauan terhadap media tradisional. Namun seiring perkembangan jaman, pemantauan media sosial juga dilakukan oleh Isentia dan diterapkan di Indonesia sejak tahun 2011.

Saat ini, Isentia tercatat dalam bursa saham Australia dan telah memiliki 18 kantor cabang di Melbourne, Canberra, Brisbane, Adelaide, Perth (Australia), Wellington dan Auckland (New Zealand), Kuala Lumpur (Malaysia), Singapore, Jakarta (Indonesia), Manila (Filipina), Hoi Chi Minh City (Vietnam), Bangkok (Thailand), Hong Kong, Beijing dan Shanghai (China), Taipei (Taiwan), serta Seoul (Korea Selatan).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement