REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Diplomat dan anggota parlemen Republik menganggap pendapat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak realistis terkait kesepakatan nuklir Iran.
Menurut Netanyahu, turunnya harga minyak di Iran dipengaruhi oleh sanksi yang tumpul. Para ahli, diplomat bahkan anggota parlemen Republik mencatat Iran mampu bertahan dengan fluktuasi ekstrem terhadap minyak mentah sebelum sanksi terjadi.
Iran akan siap mengorbankan kesepakatan jika pembicaraan tidak mencapai titik temu. Sebagian lainnya meragukan masalah minyak dapat memaksa Iran mengubah posisi tawarnya.
"Saya pikir itu mengganggu ekonomi mereka, tetapi saya tidak berpikir minyak dapat menentukan kesepakatan," ujar senator John McCain anggota parlemen Partai Republik.
Sebelumnya, Selasa (3/3), Netanyahu mengatakan minyak murah menjadi alasan utama AS dan negara lainnya menunda mendatangani kesepakatan nuklir Iran.