Rabu 30 Dec 2015 20:39 WIB

Ahli Kesehatan Sebut Kematian karena Patah Hati Bukanlah Mitos

Rep: MgROL55/ Red: Dwi Murdaningsih
Ada orang sulit bangkit alias gagal ‘move on’ akibat patah hati. Namun ada pula yang mampu keluar dari keadaan yang tidak menguntungkan itu dalam waktu yang relatif singkat.
Foto: pdpics
Ada orang sulit bangkit alias gagal ‘move on’ akibat patah hati. Namun ada pula yang mampu keluar dari keadaan yang tidak menguntungkan itu dalam waktu yang relatif singkat.

REPUBLIKA.CO.ID, Sekarat karena patah hati mungkin bukan hanya sebuah mitor. Takotsubo cardiomyopathy (TCC) juga dikenal sebagai sindrom patah hati adalah kondisi pertama kali yang diakui oleh peneliti Jepang lebih dari 20 tahun yang lalu.

TCC rupanya telah memperoleh banyak perhatian di negara-negara Barat dalam 10 tahun terakhir. TCC mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompa efisien. Ketika ini terjadi, orang tersebut mengalami gejala yang sama seperti orang-orang dari serangan jantung, termasuk nyeri dada dan sesak napas yang dapat menyebabkan kematian.

Angela Kucia, Dosen Ilmu Keperawatan dari University of South Australia menulis opini di The Conversation meskipun gejala serangan jantung dan TTC sama, keduanya memiliki penyebab yang berbeda. Serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan di salah satu pembuluh darah koroner yang memasok otot jantung. Namun, mekanisme yang tepat dari TTC tidak sepenuhnya jelas.

TTC dikaitkan dengan pola kontraksi yang aneh dari ventrikel kiri, ruang pompa utama jantung, tetapi tidak disebabkan oleh arteri koroner yang tersumbat. Kondisi sedang banyak diteliti secara internasional, tetapi secara umum diterima oleh masyarakat ilmiah yang menekankan hormon sebagai 'yang bertanggung jawab', seperti adrenalin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement