Sabtu 23 Apr 2016 12:02 WIB

Peningkatan CO2 di Laut Bisa Bikin Ikan 'Mabuk'

Rep: C34/ Red: Winda Destiana Putri
Ikan. Ilustrasi
Foto: Google
Ikan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Meningkatnya karbon dioksida (CO2) di lautan dunia diprediksi akan membuat ikan menjadi 'mabuk' dan bingung. Para peneliti dari Universitas NSW, Sydney, Australia, menduga kondisi itu akan terjadi lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Kondisi 'mabuk' pada ikan tak selucu kedengarannya. Ikan akan menderita hiperkapnia, suatu kondisi yang dihasilkan dari penumpukan CO2 dalam darah dan terjadi apabila konsentrasi karbon dioksida di laut melebihi skala 650 dibanding sejuta.

Para peneliti mengklaim bahwa pada tahun 2100, konsentrasi CO2 di samudera akan meningkat hingga 10 kali level saat ini. Hal itu akan membuat setengah dari makhluk hidup di dalamnya terpengaruh oleh hiperkapnia.

"Jika polusi karbon dioksida di atmosfer terus meningkat, ikan dan makhluk laut lainnya di Samudera Pasifik dan Atlantik akan mengalami episode hiperkapnia mulai pertengahan abad ini, lebih cepat dan lebih menimbulkan kerusakan daripada yang telah diperkirakan," kata Ben McNeil, pakar iklim di Uneiversitas NSW sekaligus penulis utama studi.

Hiperkapnia bisa membuat ikan menjadi disorientasi dan tidak menyadari keberadaan predator, bahkan tertarik untuk mendekatinya. Pada dasarnya, ikan di lautan terancam hilang dan bisa berakibat serius bagi ekosistem.

Penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature itu adalah studi pertama yang memperhitungkan variasi musiman konsentrasi CO2 dan menggabungkannya dengan proyeksi emisi di masa depan.

Dalam upaya mendorong penelitian lebih lanjut dalam ranah tersebut, peneliti menawarkan hadiah bagi siapa saja yang dapat merumuskan model yang lebih baik untuk memprediksi kapan hiperkapnia akan terjadi.

Satu penelitian yang sebelumnya dilakukan tim ilmuwan lain juga menunjukkan kemampuan ikan cod Atlantik atau Gadus morhua mendeteksi air berkadar CO2 tinggi dan tahan terhadapnya. Sementara, banyak penelitian juga telah dilakukan guna melihat bagaimana spesies terumbu karang bereaksi terhadap perubahan iklim tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement