REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan pegembangan dan produksi wahana luncur antariksa Amerika Serikat Space Exploration Technology (SpaceX) telah mencapai kesepakatan dengan SES untuk meluncurkan satelit komunikasi komersial. Peluncuran itu akan menggunakan roket Falcon 9 untuk pertama kalinya.
Satelit yang dikenal sebagai SES-10 ini, dijadwalkan meluncur pada kuartal empat tahun ini menuju orbit geostasioner yang akan memperluas kemampuan operator satelit Eropa di seluruh Amerika Latin.
"Peluncuran kembali sebuah roket yang pernah dikirim ke orbit ruang angkasa ini merupakan tonggak penting untuk penyempurnaan," Gwynne Shotwell, Presiden dan Chief Operating Officer SpaceX mengatakan dalam sebuah pernyataan dilansir Xinhua Kamis (1/9).
SES dikenal sebagai "pendukung kuat" SpaceX untuk penggunaan selama bertahun-tahun. Pada 2013, perusahaan tersebut merupakan yang pertama meluncurkan satelit komersial roket Falcon 9. Maret ini, satelit SES-9 lagi-lagi diluncurkan ke ruang angkasa menggunakan roket Falcon 9.
"Kami sangat antusias untuk kembali menjadi pelanggan dalam misi SpaceX. Kami percaya peluncuran kembali roket ini akan membuka era baru angkasa, dan membuat akses ke ruang yang lebih efisien dalam hal biaya dan manajemen manifestasi," kata Martin Halliwell, Chief Technology Officer di SES.
SES-10 sedang dibangun oleh Airbus Defence and Space. Setelah mengorbit, satelit itu akan menyediakan layanan telekomunikasi ke Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Karibia.
Sejauh ini, SpaceX telah berhasil mendaratkan enam dari sembilan misi roket Falcon 9 yang telah diluncurkan di darat dan di laut sejak Desember. Secara tradisional, roket yang dirancang untuk penggunaan tunggal saja, terbakar atau menabrak laut setelah lepas landas.