Rabu 03 May 2017 16:50 WIB

BATAN Kembangkan Varietas Padi Tropical

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Winda Destiana Putri
Padi
Padi

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), terus berupaya mengembangkan varietas unggul padi melalui rekayasa teknologi nuklir. Sekretaris Utama BATAN Falcony Margono saat menghadiri pengembangan tanaman Sidenuk di Purbalingga, Rabu (3/5), menyatakan varietas yang kini sedang dikembangkan adalah varietas Tropical.

''Varietas Tropical memiliki sifat-sifat yang lebih unggul dari varietas Sidenuk, karena tujuan pengembangan varietas padi ini memang untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada varietas Sidenuk,'' jelasnya.

Menurutnya, keunggulan varietas padi Tropical, antara lain lebih tahan terhadap serangan hama dan tingkat produktivitas yang lebih tinggi. ''Mudah-mudahan, tiga tahun lagi varietas Tropical sudah bisa dipasarkan untuk dikembangkan,'' katanya.

Falcony menambahkan, upaya pengembangan varietas padi dengan memanfaatkan radioaktif sudah dilakukan sejak tahun 1982. Dengan memanfaatkan radiasi nuklir, varietas padi yang tadinya biasa saja, dikembangkan menjadi padi unggul.

Meski menggunakan teknologi nuklir, Falcony menyebutkan, beras dihasilkan dari padi yang dikembangkan dari teknologi tersebut tidak akan membahayakan manusia yang mengonsumsinya. ''Tidak ada masalah. Saat rekayasa dilakukan, radiasi yang digunakan juga sangat rendah. Sumber radiasi itu tidak ada kaitannya setelah menjadi beras, sehingga beras hasil teknologi nuklir sangat aman untuk dikonsumsi,'' katanya.

Falcony Margono yang didampingi Deputi Kepala Batan Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir, Dr Hendig Winarno, menambahkan rekayasa teknologi nuklir yang diterapkan pada pengembangan varietas padi, justru akan memberi keuntungan bagi para petani. Hal ini karena yang dipasarkan atau dikembangkan, adalah padi yang memiliki sifat unggul.

Melalui teknologi tersebut, Falcony menyebutkan, hingga saat ini BATAN telah menghasilkan 22 varietas padi dari hasil pengembangan teknologi nuklir. Salah satu padi hasil rekayasa teknologi nuklir yang kini banyak disukai petani, antara lain varietas Sidenuk.

''Padi Sidenuk ini, sampai sekarang telah ditanam di berbagai wilayah Indonesia dengan luasan kurang lebih 3 juta hektar,'' jelasnya. Petani banyak menanam varietas padi ini, karena mampu menghasilkan gabah kering giling sebanyak 9,1 ton per hektare atau lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi lainnya.

Lebih dari itu, tambah Falcony,  varietas padi Sidenuk juga memiliki beras yang rasanya pulen. Selain itu, umur masa tanamnya juga lebih pendek dibanding varietas lainnya.

Dalam pengembangan di Purbalingga, Falcony menyebutkan, varietas yang kini sedang diuji coba tanam di Purbalingga adalah varietas Sidenuk. Dalam ujicoba tersebut, varietas Sidenuk ditanam di lahan seluas 23 hektar di tiga desa.

Bupati Purbalingga Tasdi yang hadir dalam ujicoba tersebut, menyambut baik kerjasama dengan BATAN. Dia berharap kerjasama dapat terus berlanjut dan tidak hanya dalam bidang pertanian saja. ''Dulu kita mengenal nuklir hanya untuk perang. Tapi ternyata teknologi nuklir juga bisa kesejahteraan masyarakat, seperti pada bidang pertanian ini. Kami berharap, mudah-mudahan varietas Sidenuk bisa memberi kesejahteraan bagi masyarakat Purbalingga. Syukur nanti BATAN bias menghasilkan padi yang berumur lebih pendek lagi,'' katanya.

Tasdi juga berharap, Purbalingga yang dikenal sebagai lumbung padi juga akan mampu mencapai surplus beras pada tahun 2017 ini. ''Tahun 2015 surplus beras mencapai 63 ribu ton, tahun 2016 sebanyak 46 ribu ton dan mudah-mudahan target surplus beras tahun ini bisa 81 ribu ton. Purbalingga sangat mendukung agar Indonesia tidak Impor beras, tetapi justru sebaliknya, bisa ekspor beras,'' katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement