REPUBLIKA.CO.ID, Mengapa kita memiliki golongan darah? Dari manakah ia berasal dan apa gunanya? Peneliti dari berbagai bidang telah mempertanyakan hal itu untuk waktu yang lama. Penelusuran itu pun terus berlanjut hingga saat ini.
Seperti dikutip dari Science Alert, pada 1900, dokter asal Austria Karl Landsteiner pertama kali menemukan golongan darah. Dari penemuan itu ia memenangkan hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada 1930.
Sejak saat itu, para ilmuwan telah mengembangkan alat yang lebih kuat untuk menyelidiki biologi jenis darah. Mereka telah menemukan beberapa petunjuk menarik tentang golongan darah secara lebih mendalam.
Misalnya yakni mendeteksi pengaruh golongan darah pada kesehatan manusia. Meski begitu, masih banyak hal tentang golongan darah yang tetap misterius dan belum ditemukan jawaban yang kuat.
Pengetahuan tentang pembagian golongan darah pada manusia memberikan terobosan penting dalam dunia kedokteran. Ketika dokter mengetahui golongan darah seseorang, ia bisa menyelamatkan nyawa dengan melakukan transfusi darah.
Dalam sejarah, contohnya pada era Renaisans, beberapa dokter pernah mencoba melakukan transfusi darah namun berujung pada hasil yang tak diinginkan. Sampai akhirnya, pada awal abad ke-20, Landsteiner berhasil menemukan pembagian golongan darah manusia.
Ia membaginya menjadi tiga yakni A, B, dan C. Golongan darah C kemudian berubah nama menjadi O dan ditemukan pula golongan darah AB.
Pada pertengahan abad ke-29, peneliti asal Amerika Serikat Philip Levine berhasil mengkategorikan golongan darah secara lebih mendetail. Hal itu yang kini dikenal sebagai faktor rhesus darah. Dalam dunia kedokteran rhesus diberikan simbol plus dan minus di akhir huruf-huruf Landsteiner.