REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu atau dua abad lalu, Charles Darwin, seorang ahli biologi mendalilkan bahwa singa memiliki surai atau rambut tebal di sekitar leher dan kepala mereka untuk melindungi area wajah yang rawan saat berkelahi dengan singa lain. Seiring berjalannya waktu, ahli biologi dari masa ke masa terus mengamati perilaku singa dari jarak teraman.
Ahli mendapati bahwa ketika singa berkelahi satu sama lain, mereka jarang saling menyerang area surai. Singa-singa ini sebaliknya lebih sering menyerang bagian belakang tubuh, seperti membidik punggung dan bagian panggul atau ekor.
Jadi, jika surai tidak dirancang untuk proteksi singa, lalu apa fungsinya? Dilansir dari Mental Floss, tubuh singa mengundang banyak parasit dan penyakit di sekitarnya. Singa jantan yang berperan sebagai pemimpin kelompok betina perlu berumur panjang untuk memastikan kelangsungan keluarganya.
Surai juga jenggot pada manusia umumnya menjadi satu kebanggaan dan identitas, di samping menangkal berbagai penyakit. Selama berabad-abad, singa betina justru berevolusi tidak lagi memiliki surai. Ini karena dalam kelompok singa betina yang bertugas berburu mangsa.
Tubuh singa yang kuning keemasan, ditambah surai di kepalanya membuat mamalia karnivora ini tampak menonjol saat berburu. Itulah salah satu alasan mengapa singa betina tidak bersurai seperti halnya singa jantan.