REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Google (Alphabet Inc) dan NASA mengatakan pada Kamis (14/12) bahwa analisis komputer canggih mengidentifikasi dua planet baru di sekitar bintang-bintang jauh, termasuk yang merupakan bagian dari sistem bintang tunggal dengan banyak planet seperti tata surya bumi.
Penelitian oleh Google dan University of Texas di Austin yang menggunakan data dari NASA mengangkat prospek wawasan baru ke alam semesta dengan memberi masukan data ke dalam program komputer yang dapat menghasilkan informasi lebih cepat dan lebih mendalam ketimbang secara manual, yang dikenal dalam teknik sebagai pembelajaran mesin.
Dalam kasus ini, perangkat lunak mempelajari perbedaan antara planet dan objek lainnya dengan menganalisis ribuan titik data, mencapai akurasi 96 persen, demikian kata NASA pada sebuah konferensi pers.
Data tersebut berasal dari teleskop Kepler yang diluncurkan NASA ke luar angkasa pada 2009 sebagai bagian dari misi pencarian planet yang diperkirakan akan berakhir tahun depan, karena pesawat ruang angkasa tersebut kehabisan bahan bakar.
Perangkat lunak "jaringan saraf tiruan" dihubungkan melalui data sekitar 670 bintang, yang menghasilkan penemuan planet Kepler 80g dan Kepler 90i. Yang terakhir, sebuah massa berbatu yang gersang, berukuran 30 persen lebih besar dari Bumi, adalah planet kedelapan yang ditemukan mengorbit pada bintang yang sama.
Para astronom belum pernah melihat jaringan delapan planet di samping tata surya yang meliputi Bumi, menurut peneliti. "Sementara penerapan jaringan saraf untuk data Kepler mendekati akhir, siapa yang mengetahui tentang apa yang mungkin ditemukan," ujar Jessie Dotson, ilmuwan proyek NASA untuk teleskop luar angkasa Kepler. "Saya sangat antusias menantikannya," ujarnya.
Christopher Shallue, seorang peneliti kecerdasan buatan di Google, dan Andrew Vanderburg, seorang astronom University of Texas di Austin, mengatakan bahwa mereka berencana untuk melanjutkan pekerjaan mereka dengan menganalisis data Kepler pada lebih dari 150 ribu bintang lainnya.
Kemajuan dalam perangkat keras dan teknik baru pada pembelajaran mesin telah memungkinkan perangkat lunak otomatis menangani analisis data di bidang sains, keuangan dan industri lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Pembelajaran mesin belum diterapkan pada data yang diperoleh oleh teleskop Kepler hingga Shallue mengemukakan gagasan tersebut.
"Di waktu luang saya, saya memulai mencari lewat Google untuk 'menemukan planet diluar tata surya dengan kumpulan data yang besar' dan mengetahui tentang misi Kepler serta kumpulan data yang besar tersedia," ujar Vanderburg.
"Mesin pembelajar benar-benar bersinar dalam situasi di mana ada begitu banyak data sehingga manusia tidak dapat mencarinya sendiri," katanya menambahkan.
Vanderburg telah menerima dana melalui keanggotaan NASA yang ditujukan untuk para peneliti planet jauh.