Rabu 14 Mar 2018 12:54 WIB

Stephen Hawking, Sang Penakluk Bintang

Melalui pemikiran tangguhnya, Hawking meneliti batas pemahaman manusia.

Stephen Hawking
Foto: AP
Stephen Hawking

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Fisikawan kondang Stephen Hawking dikenal atas usahanya menjelaskan beberapa pertanyaan paling rumit tentang kehidupan. Dia meninggal pada usia 76 tahun.

Perhimpunan Pers Inggris melaporkan kematiannya dengan mengutip juru bicara keluarga ilmuwan tersebut. Melalui pemikiran tangguhnya, Hawking meneliti batas pemahaman manusia, baik dalam ruang luas maupun teori kuantum sub-molekul, yang aneh di dunia. Hal itu menurut dia bisa memperkirakan yang terjadi pada awal dan akhir zaman.

Karyanya berkisar dari asal-usul alam semesta, melalui perjalanan menarik ke misteri lubang hitam, yang menghabiskan banyak ruang. Namun, kekuatan kecerdasannya sangat kontras dengan kelemahan tubuhnya yang dijangkiti penyakit motorik syaraf pada usia 21 tahun.

Sebagian besar kehidupan Hawking dibatasi oleh penyakit tersebut dan menggantungkan hidupnya di kursi roda. Seiring dengan kondisinya yang memburuk, ia terpaksa menggunakan perangkat penyalur suara yang disambungkan ke leher dan berkomunikasi dengan menggerakkan alisnya.

Penyakit ini mendorongnya bekerja lebih keras namun juga berkontribusi pada kegagalan dua pernikahannya. Peristiwa tersebut ia tuangkan melalui tulisan sebuah memoar 2013 berjudul My Brief History.

Dalam buku ini ia menceritakan bagaimana pertama kali ia didiagnosa penyakit tersebut, dan berkeluh "Saya merasa ini sangat tidak adil, mengapa ini harus terjadi pada saya," tulisnya.

"Pada saat itu, saya pikir hidup ini sudah berakhir dan saya tidak akan pernah menyadari potensi yang saya rasakan. Tapi sekarang, 50 tahun kemudian, saya dengan tenang sudah puas dengan hidup saya," katanya.

Hawking berhasil meraih ketenaran internasional setelah menerbitkan Sejarah Singkat Waktu pada 1988, salah satu buku paling rumit yang pernah ada untuk mendapatkan daya tarik massa. Buku tersebut bertahan dalam daftar terlaris Sunday Times tidak kurang dari 237 minggu.

Hawking mengatakan ia menulis buku tersebut untuk menyampaikan kegembiraannya sendiri atas penemuan baru-baru ini tentang alam semesta. "Tujuan awalnya adalah menulis buku, yang akan dijual di toko buku bandar udara. Untuk memastikan isinya bisa dimengerti, saya mencoba memberikan buku itu pada perawat. Saya pikir mereka mengerti sebagian besar isinya," kata Hawking kepada wartawan saat itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement