Senin 26 Mar 2018 15:13 WIB

Studi: Cahaya Saat Tidur Picu Depresi

Sudah diketahui bahwa paparan cahaya di malam hari dapat menyebabkan kurang tidur.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Tidur di malam hari. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Tidur di malam hari. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap jenis cahaya melewati waktu tidur, dari celah di tirai sampai smartphone, dapat membuka jalan menuju depresi, sebuah penelitian baru memperingatkan. Periset menemukan bahkan yang terkecil dari paparan cahaya di kamar tidur pada malam hari dapat menyebabkan gejala depresi. Studi sebelumnya telah menghubungkan paparan sinar nokturnal dengan gangguan siklus tidur-bangun tubuh, tetapi masih berjuang menjelaskan dampak depresi.

Dilansir dari laman Dailymail Selasa (13/3), studi baru oleh para peneliti di Nara Medical University tidak menyelesaikan misteri tersebut. Namun beberapa bukti paling jelas sampai saat ini menunjukkan hubungan tersebut lebih kuat daripada yang paling disadari.

Periset yang dipimpin oleh Dr Kenji Obayashi merekrut 863 orang lanjut usia, dengan usia rata-rata 72 tahun. Mereka tidak memiliki gejala depresi, kegelisahan atau perasaan sedih yang terus-menerus, pada awal studi dua tahun.

Peneliti mengukur tingkat cahaya di kamar mereka dengan meletakkan meter lampu di kepala tempat tidur setiap orang, untuk menentukan jumlah cahaya yang akan dilihat mata saat akan tidur. Sekitar 710 peserta tidur di sebuah ruangan yang benar-benar gelap, sementara sisanya terkena cahaya di malam hari.

Para peserta juga diminta untuk menyimpan catatan harian di tempat tidur, dan menyelesaikan survei yang memantau perkembangan gejala depresi. Periset menemukan bahwa dibandingkan dengan kelompok gelap, orang yang terpapar lebih dari lima lumen cahaya pada malam hari memiliki risiko terkena gejala depresi yang jauh lebih tinggi.

Ini bukan studi pertama yang menghubungkan paparan cahaya nokturnal dengan gangguan mood. Penelitian diterbitkan dalam 2009 Behavioral Brain Research menemukan, tikus yang diletakkan di ruangan diterangi 24 jam sehari, memiliki gejala lebih depresif dibandingkan mereka yang memiliki siklus gelap normal.

Sudah diketahui bahwa paparan cahaya di malam hari dapat menyebabkan kurang tidur. Penelitian yang dipublikasikan pekan lalu di jurnal Physiological Reports mengungkapkan, paparan cahaya terang sebelum tidur dapat menutup produksi melatonin, hormon pengaktif tidur.

Namun ada penelitian campuran tentang apakah kurang tidur atau tidak, bisa menyebabkan depresi. Misalnya, penelitian yang dipublikasikan di Journal of Behavior Therapy dan Experimental Psychiatry menemukan orang yang tidur kurang dari delapan jam semalam lebih cenderung menderita kegelisahan dan depresi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement