REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Stasiun Luar Angkasa Cina, Tiangong-1, diprediksi jatuh ke bumi Senin (2/4). Kantor Luar Angkasa Badan Antariksa Eropa (ESA) melaporkan, stasiun dengan panjang 10,4 meter akan terbakar di sepanjang atmosfer bumi. Namun, beberapa bagiannya diprediksi akan berhasil mencapai permukaan bumi.
Masuknya Tiangong-1 ke atmosfer bumi sendiri tak berbahaya, bahkan akan jadi pemandangan bagus. Karena begitu masuk atmosfer dan terbakar, Tiangong-1 akan nampak seperti bola api yang tengah meluncur.
Tidak ada satupun yang tahu dimana atau kapan tepatnya bagian sisa Tiangong-1 akan mencapi permukaan bumi. Meski sebagian besar badan stasiun Tiangong-1 akan terbakar selama berjam-jam di atmosfer, bagian yang selamat dan mencapai permukaan bumi bisa bergeser ribuan kilometer dari titik semula stasiun tersebut mulai memasuki atmosfer.
ESA memprediksi bagian Tiangong-1 akan mencapai bumi di sekitar 42,8 derat lintang utara (tak jauh dari Chicago) dan 42,8 derajat lintang selatan (sedikit di bawah Tasmania). Dari predikisi itu, pendaratan sampah luar angkasa tersebut akan sedikit bergeser dari ekuator, demikian dilansir Science News, pekan ini.
Sebagian besar area yang ESA prediksi jadi tempat jatuhnya sisa bagian Tiangong-1 adalah area tak berpenghuni atau lautan. ''Probabilitas seseoang di bumi terhantam sisa Tiangong-1 sekitar satu per 10 juta lebih kecil dibanding probabilitas seseorang tersambar petir,'' ungkap ESA.
Diluncurkan pada 2011, Tiangong-1 yang berarti Istana Surgawi, dua kali dikunjungi oleh astronaut Cina pada 2012 dan 2013. Stasiun ini harusnya hanya bertahan selama dua tahun dan Cina menyetelnya menjadi moda tidur saat astronaut Cina mendatangi stasiun itu kali ke dua agar bisa dikendalikan untuk kembali ke bumi. Namun pada 2016, Badan Antariksa Cina mengumumkan mereka kehilangan kontak dengan Tiangong-1 dan memprediksi stasiun itu akan memasuki atmosfer bumi pada 2017.