REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menganalisa buku-buku lama tidak terdengar seperti pekerjaan yang sangat berbahaya. Kecuali buku-buku itu terpapar zat berbahaya.
Peneliti Jakob Povl Holck dan Kaare Lund Rasmussen dari University of Southern Denmark secara tidak sengaja menemukan tiga buku beracun di perpustakaan universitas mereka. Tiga buku beracun ini semuanya berasal dari abad 16 dan 17.
Holck dan Rasmussen menemukan buku-buku berbahaya sambil mencoba membaca teks lama. Sebelumnya juru arsip perpustakaan telah menemukan sampul ketiga buku tersebut dibuat dari bahan daur ulang yaitu, fragmen naskah abad pertengahan seperti salinan hukum Romawi dan hukum kanonik.
Seperti yang dikutip dari Gizmodo, Selasa (3/7), kedua orang itu mencoba mengidentifikasi teks-teks latin yang terdapat dalam jilidan buku. Tetapi lapisan tebal cat hijau membuat konten tidak dapat dibaca.
Polusi Udara Dibatas Ambang Aman Bisa Sebabkan Diabetes
Untuk menembus cat, peneliti menggunakan teknik pemindaian yang dikenal sebagai analisis fluoresensi X-ray atau mikro–XRF. Saat melakukan pemindaian, mereka malah menemukan lapisan hijau pigmen terbuat dari arsenik.
Arsenik adalah zat beracun dan dapat memicu kanker bahkan kematian. Gejala setelah terpapar arsenik adalah sakit perut, usus, paru-paru terganggu, mual, diare, dan gangguan pada kulit.
Sampul tiga buku ini dicat dengan Paris Green atau copper (II) acetate triarsenite. Yang menarik, para penulis mengatakan pigmen tidak dgunakan untuk tujuan estetika karena cat hanya digunakan untuk menutupi sebagian buku. Penjelasan yang mungkin adalah cat itu digunakan untuk melindungi buku-buku dari serangga dan hama.