REPUBLIKA.CO.ID, PENNSYLVANIA -- Penelitian terbaru membuktikan cinta setelah pertengkaran dapat membuat seseorang merasa jauh lebih baik. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti dari Carnegie Mellon University di Pennsylvania Amerika Serikat (AS).
Tim ini dipimpin oleh Dr Michael Murphy dari departemen psikologi di Carnegie Mello University. Mereka mendaftarkan 404 peserta untuk penelitian dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah Plos One.
Tim peneliti ini melakukan eksperimen menyelidiki efek pelukan setelah argumen. Selama dua pekan, para peserta diwawancarai tentang argumen apapun yang mereka miliki, apakah mereka memeluk orang yang mereka temui setelah itu, dan bagaimana cara mereka merangkul untuk mempengaruhi apa yang dirasakan.
Hasilnya menunjukkan mereka memeluk orang yang mereka ajak bertengkar lebih cenderung merasa positif daripada yang tidak melakukan ini. Menurut para peneliti, penelitian ini menyoroti dampak positif yang dapat dimiliki sentuhan manusia ketika mengembangkan hubungan dengan orang lain.
“Sentuhan interpersonal non-seksual muncul sebagai topik penting dalam studi hubungan sosial dewasa,” kata tulisan mereka dalam penelitian, seperti yang dikutip dari Independent, Ahad (7/10).
Sentuhan interpersonal dikaitkan dengan peningkatan keamanan pemasangan, dukungan mitra yang lebih luar, keintiman yang ditingkatkan, kepuasan hubungan yang lebih tinggi, dan resolusi konflik yang lebih mudah.
“Menerima pelukan pada hari konflik dikaitkan dengan peningkatan pengaruh negatif dan positif yang bersamaan. Pengaruh negatif akan meningkat apabila tidak ada pelukan ketika konflik terjadi,” ujarnya.
Sementara para peneliti menemukan korelasi positif antara pelukan dan suasana hati membaik, mereka mengakui bahwa mungkin ada faktor lain yang berkontribusi terhadap mood positif atau negatif dari para peserta. Lebih lanjut, studi mereka tidak berfokus pada kerasnya atau hubungan antara individu yang bertengkar.
“Meskipun keterbatasan ini, studi ini memberikan kontribusi untuk pemahaman kita tentang peran sentuhan antar pribadi dalam konflik antar pribadi,” tim peneliti menyimpulkan.