REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pesawat ruang angkasa Cina bisa menjadi yang pertama mendarat di "sisi terjauh" bulan hari ini, Kamis (3/1). Jika upaya itu berhasil, akan menjadi tonggak eksplorasi ruang angkasa manusia.
China National Space Administration (CNSA) bertujuan untuk mendaratkan pesawat di cekungan Kutub-Aitken Selatan yang belum dijelajahi. Kawasan itu bisa dibilang kawah terbesar, tertua, terdalam, di permukaan bulan.
Maksud dari sisi terjauh bulan adalah sisi gelap bulan, bukan karena gelap tetapi karena sebagian besar tidak dipetakan. Hal itu juga dikarenakan siklus revolusi bulan sama dengan siklus putarannya.
Pesawat Probe robot, Chang'e 4, memasuki jalur elips pada akhir pekan lalu, dengan jarak 15 km (9 mil) dari permukaan. Cina belum mengkonfirmasi terkait waktu pendaratan. Namun dilansir The Guardian, laporan dari media yang dikelola pemerintah menyatakah upaya itu bisa dilakukan Kamis pagi waktu Inggris.
Sebelumnya telah dipublikasikan gambar pesawat yang tengah berada di bulan, namun tidak ada pendaratan. Maka jika upaya pendaratan kali ini berhasil, Chang akan menandai langkah menuju ambisi Cina untuk menjadi kekuatan utama dalam eksplorasi ruang angkasa bersama Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Salah satu rintangan teknologi dalam eksplorasi ini adalah bulan yang terus menjauh dari Bumi. Komunikasi langsung dengan pesawat ruang angkasa pun menjadi cukup sulit. Sebaliknya pesan ke dan dari Chang'e 4 sedang disampaikan oleh satelit Queqiao (Magpie Bridge), yang berada dalam "orbit halo" di sisi lain bulan.
Misi ini bertujuan untuk mengambil pengukuran terperinci dari medan bulan dan komposisi mineral. Cekungan Aitken diperkirakan telah terbentuk selama tabrakan dalam sejarah bulan. Tabrakan itu kemungkinan telah membuang material dari interior bulan, yang berarti bahwa Chang dapat memberikan petunjuk baru tentang bagaimana satelit alami terbentuk.
Kawasan terjauh bulan dipandang sebagai situs yang menarik untuk astronomi radio. Sebuah teleskop yang terletak di sana akan terlindung dari aktivitas radio manusia, yang berpotensi membuatnya lebih sensitif terhadap semburan radio yang datang dari matahari atau sinyal lemah dari ruang angkasa. Chang 4 membawa alat untuk menilai "kebersihan elektromagnetik" dari lokasi tersebut sebagai langkah pertama untuk menilai kemungkinan penempatan teleskop di sana.
Lucie Green, seorang ilmuwan ruang angkasa di University College London, mengatakan misi ini dapat membuka jalan bagi pengembangan yang lebih serius. "Anda sepenuhnya terlindung dari semua emisi yang kami hasilkan di Bumi sehingga Anda bisa mendapatkan data yang tidak bisa kami dapatkan di tempat lain. Ada banyak pembicaraan selama bertahun-tahun tentang potensi memiliki teleskop di sisi terjauh bulan," katanya.