Jumat 29 Mar 2019 12:20 WIB

NASA Bayar Rp 263 Juta Bagi Relawan yang Mau Berbaring

Penelitian NASA akan membayar relawan yang mau berbaring selama dua bulan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Christiyaningsih
Astronot Peggy Whitson bekerja di pesawat luar angkasa di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ilustrasi).
Foto: AP
Astronot Peggy Whitson bekerja di pesawat luar angkasa di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat NASA menawarkan 18.500 dolar AS atau sekitar Rp 263 juta bagi relawan yang mau berbaring selama dua bulan. Para peneliti mencari 12 relawan wanita dan 12 pria. Mereka harus berusia antara 24 dan 55 tahun dan diminta untuk menghabiskan 60 hari di tempat tidur. Semua relawan harus mampu berbicara bahasa Jerman.

Tawaran itu bertujuan untuk meneliti bagaimana gravitasi buatan dapat memengaruhi tubuh manusia. Tempat tidur akan berlokasi di Envihab, fasilitas penelitian medis dari Institute of Aerospace Medicine di German Aerospace Center di Cologne.

AGBRESA (Studi Istirahat Gravitasi Buatan) memang telah diluncurkan pekan ini oleh NASA bekerja sama dengan Badan Antariksa Eropa (ESA) di German Aerospace Center (DLR). Studi ini menandai pertama kalinya para ilmuwan akan menyelidiki penggunaan gravitasi buatan sebagai cara yang mungkin untuk mencegah efek negatif dari bobot (ketiadaan gravitasi) pada tubuh manusia.

Dilansir Insider Jumat (29/3), semua percobaan, makan, dan kegiatan rekreasi akan berlangsung berbaring selama fase istirahat. Para peserta akan tetap di fasilitas selama total 89 hari, termasuk lima hari sosialisasi dan 14 hari istirahat dan rehabilitasi astronaut di kedua sisi fase 60 hari istirahat.

Selama penelitian, para relawan akan dibatasi gerakannya untuk memastikan ketegangan pada otot, tendon, dan sistem kerangka berkurang. Tempat tidur juga akan miring ke bawah menuju ujung kepala sebesar enam derajat untuk mensimulasikan perpindahan cairan tubuh yang dialami oleh astronaut dalam pesawat ulang-alik.

Separuh partisipan akan menjalani pengujian yang serupa dengan ruang gravitasi buatan. Pengujian akan membawa mereka berputar dalam centrifuge (mesin dengan wadah yang berputar cepat yang menggunakan gaya sentrifugal) pada 30 putaran per menit. Tujuannya adalah memaksa darah kembali ke ekstremitas mereka.

Sepanjang tes, para ilmuwan akan menguji sukarelawan pada kemampuan kognitif, kekuatan otot, keseimbangan, dan fungsi kardiovaskular mereka. Dengan membandingkan kerusakan fisik kedua kelompok, para peneliti berharap melihat data yang akan membantu mengurangi efek yang dialami oleh para astronaut selama perjalanan ruang angkasa jangka panjang.

Kepala Peneliti Ilmu Pengetahuan untuk Kolaborasi Internasional untuk Program Penelitian Manusia NASA, Leticia Vega, menjelaskan kedua efek ini mirip dengan apa yang dialami para astronot di luar angkasa. "Meskipun efek dari bobot terutama diselidiki di Stasiun Luar Angkasa Internasional, analog seperti: envihab sangat membantu ketika mempelajari topik penelitian tertentu di bawah kondisi terkendali di Bumi. Temuan ini nantinya akan divalidasi di ISS," kata Vega.

Ketua Tim Eksplorasi Manusia dan Robot di ESA, Jennifer Ngo-Anh, menambahkan penelitian ini memungkinkan para peneliti untuk 'mengatasi masalah atrofi otot yang disebabkan oleh bobot' serta tekanan lain termasuk radiasi kosmik, isolasi, dan pembatasan spasial. Studi AGBRESA akan menampilkan dua kampanye, dengan batch pertama peserta tes telah tiba pada tanggal 25 Maret diikuti oleh kampanye kedua pada awal September.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement