Ahad 14 Jul 2019 12:04 WIB

Gunung Es Terbesar di Dunia Diprediksi Mencair

Gunung es terus berputar menjauh dari tempat asalnya.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Kayaker mendayung di Danau Mendenhall dan gunung es di Juneau, Alaska (ilustrasi).
Foto: AP
Kayaker mendayung di Danau Mendenhall dan gunung es di Juneau, Alaska (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Gunung es terbesar di dunia yang disebut dengan A68 telah berusia dua tahun. Gunung es yang memikiki berat sekitar 1,1 triliun ton itu terpantau terus bergeser menjauh, yang mengartikan bahwa itu dapat segera meleleh.

Gunung ini pertama kali ditemukan turun dari Larsen C Ice Shelf di Antartika pada 12 Juli 2017. Dalam rekaman yang diambil oleh satelit Sentinel-1 milik Badan Antariksa Eropa selama 18 bulan terakhir, gunung es terus berputar menjauh dari tempat asalnya. Bongkahan es bergerak hingga sekitar 155 mil atau 250 kilometer dari tempat asalnya berdiri.

Baca Juga

Menurut ahli glasiologi Adrian Luckman, hal itu menunjukkan beberapa mobilitas yang mengesankan untuk objek bergerak bebas terbesar di bumi. Bahkan, ia mengatakan dengan bentuk ketebalan yang ada, rasio aspek dari Gunung Es A68 terlihat menjadi sangat tipis.

“Dengan panjang 100 mil atau 160 kilometer dan ketebalan hanya beberapa ratus meter, rasio aspek A68 lebih seperti kartu kredit daripada gunung es yang biasanya dibayangkan," ujar Luckman yang merupakan seorang profesor di Universitas Swansea di Inggris dilansir Live Science, Ahad (14/7).

Namun, Luckman mengatakan sebuah hal yang mengejutkan adalah meski telah mendarat di dasar laut selama beberapa kali, A68 tetap dalam bentuk yang hampir sama pada dua tahun lalu. Sayangnya, setiap pergerakan jauh dari tempat asalnya, maka hal ini mengartikan akan ada fenomena alam terbaru yang dapat berujung malapetaka terjadi.

Sementara A68 terus berputar dalam arus yang disebut Weddell Gyre (dinamai untuk Laut Weddell Antartika), maka gunung es itu akan bergerak semakin dekat dengan Samudra Atlantik Selatan. Di sana, perlahan gunung es akan tersapu ke arah utara dengan iklim yang lebih hangat.

Banyak gunung es yang terlihat berada di jalur tersebut, tepatnya di bagian sabuk konveyor samudera yang juga dikenal sebagai ‘gang gunung es’. Dari sana, gunung es mulai mencair dan berhenti di dekat Pulau Georgia Selatan, sebuah Teritori Britania Raya yang terpencil sekitar 1.000 mil (1.600 km) utara Antartika.

Gunung es dengan ukuran yang mirip dengan A68 telah mengambang selama 5 tahun sebelum membuat pendaratan, membelah menjadi potongan yang lebih kecil di sepanjang jalan. Sementara, gunung-gunung lainnya mengambang jauh ke arah yang lebih utara, hingga akhirnya meleleh di dekat Amerika Selatan.

Nasib dari A68 sebagian besar tergantung pada kondisi Samudra Atlantik. Para ilmuwan dikatakan akan terus melakukan pemantauan dari ruang angkasa semampunya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement