REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Balai Arkeologi (Balar) Bandung turun langsung melihat temuan struktur bangunan diduga candi di Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Temuan itu dinilai menarik dan butuh penelitian lebih lanjut.
Tinjauan awal yang dilakukan Balar Bandung itu dipimpin langsung oleh kepalanya, Deni Sutrisna. Kegiatan dilakukan dengan melibatkan tiga orang arkeolog dan pihak dari Yayasan Tapak Karuhun Nusantara pada Sabtu (9/10) sampai Ahad (10/10).
"Kita baru melakukan tinjauan awal, belum masuk pada tahap ekskavasi," kata Deni, saat ditemui Republika di lokasi temuan struktur bangunan di Blok Dingkel, Desa Sambimaya, Ahad (10/10).
Tinjauan awal itu dibutuhkan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai temuan tersebut. Masyarakat pun diminta untuk tidak merusak temuan tersebut.
Deni menjelaskan, selama dua hari itu, pihaknya baru sebatas melihat struktur permukaan dan susunan bata yang tampak di permukaan. Untuk itu, pihaknya belum mengetahui lapisan budaya yang ada di bawahnya karena itu butuh waktu, tenaga dan peralatan.
"Jadi itu ke bawah (dalam tanah) (wujud) bangunannya. Nanti kita buka dulu gundukannya (lapisan tanah yang menutupinya), baru kita lakukan pengukuran di sekitar luasan yang nampak struktur batanya di permukaan," kata Deni.
Deni mengatakan, dari hasil tinjauan awal itu, pihaknya belum bisa memastikan sebaran luasan maupun bentuk susunan bata yang diduga merupakan struktur bangunan kuno tersebut. Dia menyatakan, harus ada penelitian lanjut untuk membuktikannya.
Namun, Deni mengakui, susunan bata yang ditemukan di Desa Sambimaya itu berbeda dengan bata merah pada masa kini. Menurutnya, bata tersebut serupa dengan bata yang ditemukan di candi Batujaya Karawang maupun candi di Trowulan Jawa Timur.
"(Temuan bata di Sambimaya) itu ada indikasi bata kuno, apalagi ada bekas jejak kaki anjing pada batanya," tutur Deni.
Meski demikian, Deni belum bisa memastikan umur dari bata di Desa Sambimaya itu. Pasalnya, harus ada pengukuran terlebih dulu dari pihak Geologi.
Deni menambahkan, dari hasil tinjauan awal yang dilakukannya selama dua hari itu, terungkap bahwa bata merah yang diduga merupakan susunan struktur bangunan kuno itu tidak menggunakan semen. Dia menyatakan, penelitian lebih lanjut akan dapat mengungkap teknologi maupun bahan penyusun bata tersebut.
"Di masa lalu memang ada teknik tertentu (pembuatan bangunan) tanpa semen," tukas Deni.
Selain itu, lanjut Deni, dari hasil penelitian mengenai temuan itu juga nantinya akan bisa membuktikan bahwa pengaruh Hindu Budha kemungkinan juga terdapat di Indramayu. Sedangkan selama ini, pengaruh Hindu Budha lebih banyak ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.