REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli meteor memprediksi ratusan meteor menghiasi langit pada 21 November malam dalam peristiwa langka yang dikenal sebagai hujan meteor “unicorn.” Hujan meteor alpha monocerotid terjadi setiap tahun antara 21 November dan 23 November.
Secara tidak resmi, kondisi itu disebut hujan meteor “unicorn”. Sebab, bisa dilihat di langit malam dekat konstelasi unicorn atau Monoceros.
Dilansir di Livescience.com, meteor itu berasal dari jejak debu dari komet jangka panjang yang tidak diketahui. Komet itu membutuhkan waktu lebih dari 200 tahun untuk melakukan perjalanan satu kali mengelilingi matahari.
“Sekali waktu, jejak debu komet misterius itu semakin dekat dengan orbit Bumi dan dapat menghasilkan banyak meteor,” kata ilmuwan dari Pusat Penelitian Ames NASA, Peter Jenniskens dan ilmuan dari Fireball Network dari Finlandia, Esko Lyytinen dalam sebuah makalah teknis.
Karena jejak debu tetap ada untuk sementara waktu di dekat orbit Bumi, ledakan meteor semacam itu setidaknya mungkin terjadi selama beberapa abad berikutnya. Meski begitu, jejak komet jarang cukup dekat dengan Bumi untuk membuat tampilan spektakuler itu. Satu-satunya ledakan tiba-tiba lainnya terjadi pada 1925, 1935, 1985, dan 1995.
Tahun ini, jejak komet cukup dekat untuk membuat hujan meteor yang serupa dengan yang terjadi pada 1995. Jika hal itu benar, para peneliti astronomi mungkin bisa melihat dari 100 hingga total 1.000 meteor di langit. Puncak ledakan kemungkinan akan berlangsung hanya sekitar 15 menit, tetapi berpotensi bisa bertahan hingga 40 menit.
Mereka yang tinggal di Amerika Selatan, Amerika Utara bagian timur, Eropa Barat, dan Afrika barat laut dapat melihat dengan pemandangan terbaik. Namun, karena bulan sabit akan terlihat sedikit lebih terang, maka pemandangan “unicorn” akan terlihat sedikit redup.