Senin 13 Jan 2020 15:53 WIB

Selandia Baru Masukkan Kurikulum Perubahan Iklim di Sekolah

Siswa Selandia Baru mendapatkan pengenalan materi tentang masalah krisis iklim.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Selandia Baru akan memasukkan pendidikan mengenai perubahan iklim ke dalam kurikulum sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.  Foto: Penggembala rusa di Mongolia terdampak perubahan iklim.
Foto: sciencefokus
Selandia Baru akan memasukkan pendidikan mengenai perubahan iklim ke dalam kurikulum sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Foto: Penggembala rusa di Mongolia terdampak perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID,AUCKLAND -- Selandia Baru akan memasukkan pendidikan mengenai perubahan iklim ke dalam kurikulum sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Kurikulum pendidikan perubahan iklim ini akan menempatkan negara tersebut menjadi garda terdepan dalam memerangi krisis iklim global.

"Salah satu umpan balik yang kami dapatkan dari para guru dan para murid adalah bahwa mereka benar-benar menyerukan tentang perubahan iklim. Mereka melihat krisis iklim di media sosial setiap hari dan ini sangat menyedihkan," ujar Menteri Urusan Perubahan Iklim Selandia Baru, James Shaw dilansir Guardian, Senin (13/1).

Baca Juga

Shaw mengatakan, sebuah pilot project tentang pendidikan perubahan iklim telah diluncurkan di salah satu sekolah di Christchurch pada 2018. Dalam pilot project tersebut, siswa mendapatkan pengenalan materi tentang masalah krisis iklim.

Menurut Shaw, pengenalan materi ini akan membuka wawasan dan menumbuhkan rasa empati para siswa mengenai ancaman perubahan iklim untuk generasi mendatang. Shaw mengatakan, siswa akan menggali sisi buruk dari berita-berita yang menjelaskan tentang perubahan iklim.

Pilot project ini rencananya akan dijadikan kurikulum nasional di Selandia Baru. Namun kurikulum ini sifatnya tidak wajib.

"Ini membantu anak-anak untuk melihat bahwa itu adalah masalah yang dapat diperbaiki dan orang-orang mengerjakannya, dan ada sesuatu yang dapat mereka ramalkan untuk diri mereka sendiri dalam hal masa depan mereka sendiri," kata Shaw.

Menteri Pendidikan Selandia Baru, Chris Hipkins mengatakan, dalam kurikulum perubahan iklim nantinya siswa akan membuat dan melaksanakan rencana aksi terkait masalah lingkungan. Selain itu ada pula video, artikel, dan saran dari para guru untuk murid-muridnya mengenai krisis lingkungan.

“Ini menjelaskan peran yang dimainkan sains dalam memahami perubahan iklim, membantu pemahaman terhadap responsnya maupun dampaknya secara global, nasional, dan lokal. Dan mengeksplorasi peluang untuk berkontribusi dalam mengurangi dan mengadaptasi dampaknya pada kehidupan sehari-hari," ujar Hipkins.

Dalam perjanjian iklim Paris yang ditandatangani pada 2015, mendesak para anggotanya untuk menerapkan pendidikan mengenai perubahan iklim di sekolah. Namun pada praktiknya, tidak semua negara mematuhi perjanjian itu termasuk Australia.

Sementara, beberapa wilayah di Inggris telah memberlakukan kurikulum perubahan iklim secara mandiri karena belum ada kurikulum nasional yang diterapkan. Partai Buruh mendesak kebijakan kurikulum nasional tentang krisis iklim pada Mei lalu.

Tahun ini, Italia menjadi negara pertama di dunia yang membuat mata pelajaran terkait krisis iklim dan lingkungan. Materi pelajaran tersebut bersifat wajib dan diitegrasikan ke dalam pelajaran reguler seperti matematika, dan geografi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement