REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uni Eropa (EU) menawarkan berbagi akses satelitnya ke Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN). Penawaran ini diberikan agar negara anggota kawasan tersebut dapat lebih baik memetakan wilayah terdampak bencana secara langsung atau real time.
Tawaran itu disampaikan oleh Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans di Jakarta, Senin, usai peluncuran kerja sama EU Support AHA Centre Programme (EU-SAHA). Lewat kerja sama itu, AHA Centre (Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan untuk Manajemen Bencana ASEAN) dapat mengakses secara bebas dan gratis citra satelit milik EU.
"Hasil citra satelit kami memberikan informasi akurat mengenai gambaran bencana yang terjadi di daerah tertentu. Negara-negara anggota ASEAN dapat menggunakannya tanpa dipungut biaya," kata Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans saat ditemui usai acara peluncuran, belum lama ini.
Menurut dia, satelit milik EU itu dapat membantu pemangku kepentingan memantau, mengidentifikasi, dan memetakan bencana berikut dampaknya. Hasil citra satelit diklaim menampilkan gambaran yang terjadi secara langsung (real time).
"Misalnya, ada banjir, gempa bumi secara akurat. Informasi itu penting jika kita ingin mengirim tim dan bantuan, kita tahu yang harus dilakukan dari data tersebut," terang Driesmans.
Perlu diketahui, Uni Eropa memiliki program yang bertujuan menyediakan data spasial Bumi (Earth Observation) melalui hasil citra satelit. Program yang dinamakan Copernicus itu dijalankan oleh Komisi EU didukung oleh Badan Antariksa EU (ESA) dan Lembaga Lingkungan Hidup EU (EEA).
Ada sejumlah satelit (dinamakan Sentinel) yang dioperasikan dalam program tersebut, satu di antaranya Sentinel-2 yang fokusnya memetakan wilayah terdampak bencana alam maupun konflik secara akurat. Di samping berbagi akses citra satelit, EU juga dapat berbagi pengalaman (best practices) dan pengetahuan mengenai manajemen bencana dan tanggap darurat, terang Driesmans.
"Lewat kerja sama EU-SAHA, kami dapat berbagi pengalaman menjalani prosedur standar operasional (sop) dalam mitigasi dan menangani bencana," tambah Driesmans.
Sementara itu, Direktur Eksekutif AHA Centre, Adelina Kamal, mengatakan, lewat kerja sama EU-SAHA, ASEAN berharap dapat mempelajari modul dan teknologi penanganan bencana milik Uni Eropa. Menurut dia, kerja sama itu dapat berlangsung secara timbal balik, karena negara-negara ASEAN memiliki dokumentasi kebencanaan yang cukup lengkap mulai dari erupsi gunung api, gempa bumi, likuifaksi, tsunami, sampai banjir bandang.
"EU kelebihannya teknologi dan sumber daya, sementara ASEAN itu laboratorium (bencana)," tambah Adelina.