Kamis 15 Jul 2010 03:30 WIB

Mendeteksi Kebohongan Melalui Gerakan Mata

Rep: Antara/ Red: Budi Raharjo
Alat pendeteksi kebohongan melalui gerakan mata, ilustrasi
Alat pendeteksi kebohongan melalui gerakan mata, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pernah mendengar istilah, mata tidak pernah berbohong. Mungkin, karena itu pula, kini para ilmuwan sedang mengembangkan teknologi yang dapat mendeteksi kebohongan melalui gerakan mata seseorang.

Para peneliti menggunakan teknologi pelacak gerakan mata yang sanggup bekerja lebih teliti dibandingkan polygraph tradisional pendeteksi kebohongan. Menggunakan gerakan mata untuk mendeteksi kebohongan, caranya berbeda dibanding pengujian polygraph konvensional. Alih-alih mengukur reaksi emosional seseorang untuk berbohong, teknologi pelacakan gerakan mata mengukur reaksi kognitif seseorang.

Untuk melakukannya, peneliti mencatatnya dengan angka pengukuran tertentu. Sementara, subjek menjawab serangkaian pertanyaan dengan jawaban benar atau salah melalui media komputer. Pengukuran meliputi pelebaran pupil, waktu respon, membaca dan waktu membaca ulang, serta kesalahan.

Para peneliti menegaskan bahwa berbohong memerlukan usaha lebih ketimbang mengatakan kebenaran. Jadi mereka mencari indikasi bahwa subjek sedang bekerja keras. Misalnya, seseorang yang tidak jujur akan melebarkan pupil dan memakan waktu lama untuk membaca dan menjawab pertanyaan. Reaksi-reaksi tersebut kerap terjadi dan membutuhkan pengukuran yang akurat dan pemodelan statistik untuk menentukan signifikansinya.

Disamping, mengukur berbagai jenis respon, metode pelacakan mata untuk mendeteksi kebohongan memiliki beberapa manfaat lain selain polygraph. ''Metode pelacakan mata untuk mendeteksi kebohongan memiliki potensi besar,'' ujar Gerald Sanders, salah seorang dari pemodal ventura yang mempunyai lisensi teknologi dari University of Utah seperti ditulis Daily Mail.

''Ini masalah keamanan nasional bahwa lembaga-lembaga pemerintah kita memiliki metode terbaik dan paling canggih untuk mendeteksi kebenaran dari fiksi, dan kami percaya kita perlu lisensi untuk menangani penelitian khusus yang dilakukan di Universitas Utah.''

Pelacakan gerakan mata untuk mendeteksi kebohongan menjadi mungkin dalam beberapa tahun terakhir karena peningkatan  substansial dalam teknologi. Para peneliti Utah mengatakan bahwa mereka adalah yang pertama untuk mengembangkan dan mengevaluasi perangkat lunak dan metode untuk menerapkan tes ini secara efektif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement