Selasa 24 Jul 2012 19:03 WIB

Memotret Rumput Laut dengan Satelit

Dua orang petani budidaya rumput laut memisahkan tali pengikat dengan rumput laut hasil panennya (ilustrasi).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Dua orang petani budidaya rumput laut memisahkan tali pengikat dengan rumput laut hasil panennya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Para peneliti terus menajamkan teknologi peninderaan jauh untuk dapat mengetahui penyebaran, biomassa, dan lokasi yang cocok untuk budidaya rumput laut.

Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO), produksi rumput laut dunia pada tahun 2007 sudah mencapai 14,8 juta ton. Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar ketiga di dunia--setelah China dan Filipina--dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan untuk meningkatkan produksi rumput laut hingga 10 juta ton pada tahun 2015.

Namun produksi rumput laut menghadapi keterbatasan kemampuan untuk memetakan penyebaran rumput laut yang bernilai ekonomis secara komprehensif.

Pemetaan penyebaran rumput laut sangat krusial dalam upaya peningkatan kualitas bahan baku rumput laut untuk ekspor.

Laporan Badang Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) menunjukkan bahwa Indonesia telah mengaplikasikan teknologi penginderaan jauh terhadap rumput laut pada tahun 2008-2010, dengan menggunakan satelit Formosat dari Taiwan dan satelit Alos Avnir dari Jepang.

Kedua satelit itu dapat menghasilkan kenampakan sebaran rumput laut di daerah yang diteliti yaitu di perairan Pulau Pari (Kepulauan Seribu) dan Pulau Nusa Lembong (Bali).

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement