REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Peneliti menemukan jejak darah Raja Prancis Louis XVI, yang lebih dari 200 tahun lalu kepalanya dipenggal dengan pisau guilotine bersama sang istri Marie Antoinette, dalam sebuah kendi.
Menurut legenda, seseorang merendam sapu tangannya ke dalam darah sang raja dan menyimpannya ke dalam kendi dan kini ilmuwan membenarkan bahwa kendi berhias tokoh Revolusi Prancis itu memang berisi darah kering dari sang raja.
Pada kendi itu tertulis, "Pada 21 Januari, Maximilien Bourdalue mencelupkan sapu tangannya ke darah Raja Louis XVI setelah sang raja dipenggal."
Ilmuwan mencocokan DNA darah dalam kendi itu dengan DNA mumi kepala yang diyakini milik leluhur Louis XVI, Raja Prancis abad ke-16 Henri IV.
Menurut hasil analisis DNA yang dimuat di jurnal Forensic Science International edisi 30 Desember 2012, keduanya punya hubungan kekeluargaan.
"Kami mendapatkan (sampel) kedua raja ini dari tempat yang berbeda di Eropa, terpisah oleh tujuh generasi dan mereka punya hubungan paternal," kata Carles Laueza-Fox, peneliti paleogenomic di Pompeu Fabra University di Spanyol.
Tahun lalu, Lalueza-Fox menganalisis materi genetik darah itu dan menemukan bahwa darah berasal dari pria Eropa bermata biru, tapi karena tidak ada DNA pembanding dia tak bisa menyatakan bahwa darah itu milik Raja Prancis terakhir.
Kemudian ilmuwan forensik yang sedang meneliti kepala mumi mengiriminya DNA. DNA dari mumi itu tidak begitu rusak sehingga Lalueza-Fox dan rekan-rekannya dapat menemukan kromosom Y untuk mengidentifikasi garis keturunan laki-laki.
Dengan membandingkan kromosom Y dari kedua sampel, tim menyimpulkan dua pria itu 250 kali berpotensi terhubung secara genetik. Kedua sampel memiliki variasi karakteristik genetik dari wilayah Bourbon, Prancis. Variasi yang kini sangat jarang ditemukan di Eropa.
Setelah temuan itu, tim berencana untuk merekonstruksi semua genom Raja Prancis yang digulingkan. "Ini bisa jadi sejarah genom pertama yang pernah ditemukan," kata Lalueza-Fox.
Raja Henri IV lahir pada tahun 1533 dan menjadi raja tahun 1589 setelah seorang biarawan membunuh pendahulunya, Henri III.
Untuk menduduki tahta di Paris, Henri de Bourbon yang beragama Kristen Protestan ganti memeluk agama Katolik. Masa pemerintahannya berlangsung dengan adil dan damai sehingga ia dijuluki "Good King Henri".
Tahun 1610, ia dibunuh lalu tubuhnya dibalsam dan dimakamkan di Paris bagian utara. Muminya berada di sana sampai Revolusi Prancis, saat penjarah menodai kuburan mantan raja-raja itu. Pada masa itu, seseorang memenggal kepala Raja Henri IV.
Kepala itu disimpan hingga tahun 2010, saat para ilmuwan mengadakan rekonstruksi wajah untuk mengidentifikasi kepala Henri IV. Namun DNA dari jaringan kepala yang diambil sangat terkontaminasi sehingga sulit dianalisis.