Ahad 19 Jan 2014 18:11 WIB

Cina Bongkar Jaringan Aborsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Aborsi masih terus menjadi kontroversi
Foto: afp
Aborsi masih terus menjadi kontroversi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina membongkar jaringan yang menawarkan jasa gelap untuk melihat jenis kelamin anak dalam kandungan, sehingga perempuan bisa menggugurkan anak yang tidak mereka inginkan, kata kementerian kesehatan Cina pada Ahad.

Tiga dasawarsa pemberlakuan ketat keluarga berencana mendorong pandangan bias mengenai keturunan lelaki, yang dilihat sebagai pendukung utama bagi orang tua uzur serta penerus nama keluarga.

Pandangan itu memicu pengguguran, pembunuhan ataupun penelantaran anak perempuan serta perdagangan anak baik lelaki maupun perempuan.

Kementerian kesehatan Cina mengatakan pihaknya menangkap 10 orang yang sejak 2010 beroperasi memberikan layanan mengirim ibu hamil di negara itu ke sebuah klinik di kota Zhengzhou untuk mengetahui jenis kelamin anak dalam kandungan mereka.

Pada tahun lalu saja, lebih dari 1.000 perempuan menggunakan layanan itu, kata kementerian tanpa menyebutkan jumlah kasus aborsi yang terjadi.

Salah satu pemimpin jaringan itu sudah dihukum penjara selama 3,5 tahun dan denda 100 ribu yuan, sementara lainnya diganjar hukuman lebih ringan.

Pihak kementerian mengatakan kasus ini merupakan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

"Kegiatan ini sudah berlangsung lama, meliputi wilayah yang luas dan melibatkan banyak orang. Aktivitas ini berbahaya, dengan hasil serius dan menjadi ancaman bagi masyarakat," imbuh dia.

Kementerian kesehatan memperingatkan bahwa masalah itu telah meluas, dan pihaknya menghadapi "situasi serius" dalam upaya menghentikan pelanggaran semacam itu.

Pemerintah selama bertahun-tahun berupaya mengatasi masalah yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan populasi di beberapa wilayah di Cina, terutama di provinsi-provinsi kaya di pesisir.

Pada pekan lalu, pengadilan menjatuhkan hukuman mati yang ditunda untuk seorang dokter atas dakwaan menjual tujuh bayi baru lahir kepada jaringan perdagangan orang, dalam sebuah kasus yang memantik kemarahan atas meningkatnya perdagangan anak.

Ketidakseimbangan populasi menyebabkan munculnya permintaan bayi lelaki hasil penculikan atau jual beli.

Demikian juga, muncul permintaan untuk bayi perempuan yang nantinya akan dijadikan pengantin bagi menarik orang-orang kaya di beberapa bagian negeri dimana jumlah perempuan terlalu sedikit untuk semua lelaki.

Meski pemerintah pada akhir 2013 mengumumkan akan mengendurkan kebijakan satu anak, pembatasan masih tetap ada, dengan Beijing mengatakan keluarga berencana masih menjadi kunci untuk menjamin Cina tidak melahirkan terlalu banyak anak dan menjadi beban bagi sumberdaya yang terbatas.

sumber : a
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement