REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) belum membuat tanggapan mengenai isu pemblokiran layanan BlackBerry di Indonesia. "Belum ada keputusan apa pun terkait pemblokiran layanan BlackBerry," kata anggota BRTI, Heru Sutadi di Jakarta, Kamis (5/8).
Namun, Heru menegaskan, bahwa BRTI sangat menaruh perhatian terkait isu keamanan data BlackBerry yang diributkan Arab Saudi dan negara-negara lain. Pasalnya, data-data atau konten apa pun yang dikirim lewat BlackBerry di setiap negara harus transit dulu di Research In Motion (RIM) Kanada.
"Jadi, harus lewat perantara dulu. Kita tidak tahu keberadaan data-data tersebut di Kanada. Untuk itu, pembangunan server lokal perlu sekali di Indonesia," ujar Heru.
Mengingat permintaan BlackBerry yang sangat besar di Indonesia, ia berharap RIM bisa merealisasikan pembangunan server lokal. Dengan begitu para pengguna layanan BlackBerry akan merasa lebih aman atas data-data yang mereka kirimkan.
"Tahun lalu itu kita pernah meminta RIM untuk mendirikan kantor perwakilan di Indonesia tapi sampai saat ini belum terealisasi. Mereka mengaku sedang mengupayakan hal itu," kata Heru.
Untuk itu, ia berharap saat pertemuan antara RIM dengan BRTI, serta pihak lainnya dalam waktu dekat ini, permintaan tersebut bisa dibahas lagi. Heru juga berharap RIM bersikap kooperatif dengan pemerintah Indonesia terkait isu keamanan layanan BlackBerry.
"Kalau bisa mereka koperatif dengan kita. Jika tidak, bukan tidak mungkin langkah pemblokiran yang dilakukan negara lain akan kita ikuti. Tapi, tentu itu masih perlu pembahasan lebih dalam lagi," tegas Heru.
Sejumlah negara (Uni Emirat Arab, Kuwait, dan India) saat ini sedang mempertimbangkan untuk menutup layanan BlackBerry di negaranya. Langkah ini menyusul jejak pemerintah Arab Saudi yang akan menutup layanan tersebut mulai Jumat (6/8).