REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebagai hasil kerajinan tangan, sulaman memerlukan perlakuan khusus. Bagaimana cara terbaik merawat sulaman?
Ketua Komunitas Pecinta Sulam, Salfrida N Ramadhan, menyarankan agar pemilik sulaman mencari tahu karakteristik bahan kain dan benang sulam. Jenis bahan dan benang sulam ini menentukan apakah sulaman bisa dicuci atau tidak.
Sebisa mungkin, menurut Salfrida, bahan kain dan benang sulam memiliki materi yang sama sehingga bila dicuci tidak ada perubahan. Misalnya, taplak meja berbahan katun disulam dengan benang katun. Ia juga mengingatkan untuk memilih bahan kain sulam yang tidak mudah luntur.
Selain itu, pemilik harus berhati-hati meletakkan sulamannya. Salfrida mengungkapkan penyimpanan tidak harus di tempat tertutup. Sulaman juga harus terhindar dari air.
“Saya memiliki sulaman dari sutra. Suatu hari rumah saya bocor, sulaman sutranya kena air hujan. Ya berantakan, sulaman sutra jadi belel, jadi berkerut,” ujar Salfrida yang pernah menjadi konsul jenderal di Capetown, Afrika Selatan dan pulang kembali ke Indonesia pada 2007.
Membuat sulaman bukanlah perkara mudah. Kerajinan ini memiliki banyak teknik dan ciri khas dari tiap daerah, bahkan negara. Meski begitu, kegiatan menyulam ternyata memiliki nilai-nilai yang bisa diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
“Melatih kesabaran dan mendapat kepuasan jiwa,” ujar Salfrida saat ditemui Republika.co.id di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bentuk kepuasan jiwa yang didapat oleh Salfrida tercermin dari caranya mengagumi keindahan sulaman. Setelah menyulam, ia kerap menaruh sulamannya di dekat tempat tidur.
“Jadi saya mengagumi keindahan. Saya membuatnya dengan jiwa, dengan senang, dan penuh dedikasi,” kata Salfrida yang mempelajari berbagai cara menyulam dari banyak negara saat mengikuti kelas di The Cape Embroiderers’ Guild.