Selasa 02 Oct 2012 07:54 WIB

Melongok Gerbong Pink untuk Kaum Hawa

Rep: Lida Puspaningtyas, Andy M Iqbal, Riana Dwi Rezky/ Red: M Irwan Ariefyanto
 Seorang calon penumpang melihat jadwal rangkaian gerbong kereta api listrik (KRL) khusus wanita di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (1/10).  (Aditya Pradana Putra/Republika)
Seorang calon penumpang melihat jadwal rangkaian gerbong kereta api listrik (KRL) khusus wanita di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (1/10). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Stasiun Jakarta Kota, Senin (1/10), pukul 11.30 WIB. Ratusan orang lalu-lalang keluar masuk stasiun membawa barang atau anak mereka. Tidak memedulikan hawa panas dan gerah yang menaungi ruang tunggu yang kursinya penuh diduduki penumpang.

Suara petugas dari pengeras suara membahana ke seluruh stasiun. Berulang-ulang menginformasikan kedatangan dan keberangkatan kereta. Tapi kali ini ia menginformasikan kedatangan kereta baru. Rangkaian kereta yang masuk ke Stasiun Kota menjelang pukul 12.00 ini sedikit berbeda daripada kereta rel listrik (KRL) biasanya.

Meski wajahnya garang, penampilan keseluruhan lebih chic alias kewanita-wanitaan dengan nuansa merah hati membalut badan besinya. Tulisan 'Kereta Khusus Wanita' membentang sepanjang gerbong dengan hiasan motif bunga. Ini dia rangkaian kereta khusus kaum hawa yang diluncurkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) mulai Senin untuk melayani komuter perempuan dan anak-anak dari Jakarta Kota hingga Bogor, Jawa Barat.

Harga tiket satu kali perjalanan Rp 9.000. Kereta ini melayani rute Jakarta Kota-Bogor dan sebaliknya serta Jatinegara-Bogor. Berbeda dengan commuter line umumnya, kereta khusus wanita ini tak berangkat setiap saat. Sepanjang hari hanya ada empat jadwal keberangkatan. Mulai pagi hingga petang hari. Itu pun tidak setiap jam, tapi tiap dua-tiga jam sekali.

Pada hari pertama peluncurannya, PT KAI masih menjaga ketat penumpang yang naik kereta ini. Di setiap pintu gerbong sudah berdiri polisi khusus kereta api (polsuska), bakal menghalangi kaum pria yang mencoba masuk. Beberapa penumpang pria yang kecele mencoba menerobos masuk harus berhadapan dengan adangan polsuska. "Maaf Pak, cuma untuk penumpang wanita," kata petugas berseragam biru itu.

Penumpang pria pun mundur teratur. Selain itu, informasi dari interkom di tiap stasiun pun berkali-kali mengumumkan, \"Ini kereta khusus penumpang wanita. Laki-laki dilarang naik... Ini kereta khusus penumpang wanita. Laki-laki dilarang naik...\".

Lima belas menit berdiam di Stasiun Jakarta Kota, akhirnya pintu kereta serentak ditutup dan delapan gerbong ini mulai berjalan. Selama lima belas menit itu tidak ada satu pun pedagang yang berani masuk ke gerbong. Berbeda sekali dengan pemandangan di gerbong commuter line.

Suasana di dalam gerbong pun nyaman dan bersih. Embusan angin dari pendingin udara terasa dingin membelai kulit. Tidak ada coret-coretan di dinding kereta. Tidak ada pedagang asongan yang senggol kanan kiri dan berteriak-teriak menawarkan dagangannya. Semuanya diam. Hanya deru mesin dan roda kereta yang terdengar sayup-sayup sepanjang perjalanan.

Penumpang duduk di atas bangku panjang dengan bantalan yang juga diberi sarung warna merah hati. Masing-masing sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang datang, duduk, dan langsung tidur karena ademnya suasana di dalam kereta dibanding panasnya hawa di stasiun. Ada yang bengong-bengong. Ada yang mendengarkan musik. Ada yang sibuk ketik-ketik telepon selulernya.

Petugas pemeriksa karcis mondar-mandir sembari membunyikan alat cek karcisnya. Lantas datang petugas kebersihan dengan sapu dan tempat sampah yang sigap membersihkan kotoran di lantai. Tapi, pada hari pertama beroperasi, kereta ini masih kinclong.

Kereta berhenti di setiap stasiun menuju Bogor. Di Stasiun Manggarai, naiklah Izzato Milati (26 tahun), mahasiswi FISIP Universitas Indonesia. Dua tahun kuliah di Depok, ia memang biasa menggunakan commuter line. Kemarin Izzato mencoba hal yang berbeda dengan naik kereta khusus kaum hawa. "Keretanya bagus, tidak terlalu penuh seperti kereta biasanya," kata dia.

Apa bedanya dengan commuter line biasa? Ia mengatakan penumpang di commuter line selalu penuh, berbeda dengan kereta khusus perempuan ini yang lebih lega.

Penumpang lainnya, Eva Entika (17) dan Meli Savira (18) juga memuji kenyamanan kereta khusus ini. Mereka merasa nyaman dengan kebersihan dan ketidakrusuhan di kereta ini jika dibandingkan dengan kereta ekonomi. Apalagi, ada banyak petugas keamanan yang berjaga. ''Dibanding kereta dengan gerbong wanita juga, lebih nyaman kereta ini,\" kata Eva.

Di Bogor kereta ini menjadi pusat perhatian karena lebih berwarna ketimbang kereta lainnya. Arianti (23) mengaku sangat senang dengan kehadiran kereta khusus perempuan ini. Ia menganggap kehadiran kereta ini dapat menjadi pemecah problem yang selama ini selalu ia risaukan saat berkereta.

Sehari-harinya Arianti setia menumpang kereta rel listrik AC dari Bogor menuju tempat kerjanya di Kuningan, Jakarta Selatan. \"Agak risih ya karena kadang-kadang mereka (pria) suka jahil. Jadi, betul-betul nggak tenang selama perjalanan,\" ungkapnya.

Kepala Stasiun Besar Bogor Eman Sulaiman mengatakan, kereta ini dioperasikan karena banyak keluhan yang masuk ke PT KAI dari pengguna perempuan. Mereka mengeluhkan betapa kereta tidak nyaman karena copet, penjahat kelamin, hipnotis, dan harus berebut tempat duduk dengan penumpang laki-laki. PT KAI akhirnya membeli kereta baru yang dipermak khusus bagi perempuan. Pada tiap gerbong kereta berkapasitas 84 penumpang duduk ini, dijaga 16 petugas keamanan, dua di antaranya wanita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement