Rabu 07 May 2014 10:10 WIB

Penculikan Boko Haram, AS Kirim Tim Ahli ke Nigeria

Rep: c66/ Red: Indira Rezkisari
Pengunjuk rasa membawa poster di Washington DC, AS, menunjukkan dukungan agar penculikan perempuan di Nigeria segera dituntaskan.
Foto: Reuters
Pengunjuk rasa membawa poster di Washington DC, AS, menunjukkan dukungan agar penculikan perempuan di Nigeria segera dituntaskan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat telah menawarkan bantuan berupa pengiriman tim ahli dari negaranya ke Nigeria pada Selasa (6/5). Pengiriman tim ahli ini bertujuan untuk menangani kasus penculikan lebih dari 200 siswi-siswi di Nigeria yang dilakukan oleh kelompok militan Boko Haram.

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengatakan ia telah berbicara dengan Presiden Nigeria, Goodluck Jonathan. As menawarkan untuk mengirim tim ahli yang mengakui personel militer AS dan aparat  penegak hukum yang memiliki keahlian di bidang penyelidikan dan negosiasi sandera.

Presiden Nigeria, Goodluck Jonathan, seperti dikutip dari AP, menyambut dengan baik tawaran tersebut. Sebelumnya, Pemerintah AS juga sudah sempat menawarkan bantuan dalam membantu penanganan penculikan siswi-siswi tersebut, namun Pemerintah Nigeria tidak langsung meresponsnya.

Pemerintah Nigeria pada awalnya memiliki strategi sendiri untuk menangangi kasus penculikan siswi-siswi tersebut. Hal tersebut membuat AS belum bisa melakukan bantuan apapun terhadap kasus penculikan yang mengarah pada kasus kejahatan internasional berupa perbudakan.

"Kasus penculikan ini, yang mana semakin berkembang meyakinkan semua orang jika upaya lebih kuat harus dilakukan untuk segera menanganinya," ujar Kerry, dalam konferensi persnya bersama dengan kepala kebijakan Uni Eropa, Catherine Ashton.

Kelompok militan Boko Haram menculik lebih dari 200 siswi sekolah pada bulan lalu. Mereka mengancam untuk menjual siswi-siswi tersebut melalui video yang mereka buat. Kelompok militan tersebut kini diketahui juga telah menculik delapan perempuan lagi dari desa yang berlokasi dekat dengan timur laut Nigeria, hal ini dikatakan polisi dan warga sekitar pada Selasa (6/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement