Ahad 12 Aug 2018 21:36 WIB

Bernostalgia di Taman Bacaan Kota Padang

Anggota taman bacaan di Kota Padang menurun drastis.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Taman Bacaan Amran di Kota Padang
Foto: Sapto Andika Candra/Republika
Taman Bacaan Amran di Kota Padang

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Berkunjung ke Taman Bacaan Amran di Kota Padang, Sumatra Barat bisa membuat ingatan pengunjung terlempar ke periode dua sampai tiga dekade silam. Selain karena rupa bangunannya yang berdinding kayu dengan warna cat yang pucat, jenis-jenis buku yang disewakan sebagian besar juga koleksi lama.

Sejumlah novel dalam negeri yang terbit di era 70-an hingga 80-an karya penulis senior seperti Mira W, Marga T, V Lestari, Maria Sajono, hinggga Makmur Hendrik banyak tersedia di sini. Taman bacaan yang sudah berdiri sejak tahun 1970 itu juga mempertahankan tata letak buku yang dipajang, sejak dulu kala.

Begitu masuk ke dalam 'kios' berukuran 2,5 meter x 6 meter, pengunjung bisa langsung menemukan deretan rak buku yang disewakan. Penataannya disesuikan sesuai genre buku dan berdasarkan asal pengarang, apakah buku dalam negeri atau terjemahan.

photo
Taman Bacaan Amran di Kota Padang/Foto: Sapto Andika Candra/Republika

Di bagian tengah ruangan terdapat meja panjang dengan tumpukan komik di atasnya. Sementara rak-rak buku yang menempel dinding, bercampur untuk komik dan novel terjemahan. Tepat di samping pintu masuk, deretan novel dalam negeri karya penulis senior tertata rapi. Sayangnya, minat pembaca terhadap buku-buku lawas yang kian surut membuat endapan debu di atasnya semakin kentara.

Pengelola Taman Bacaan Amran bukannya tak ingin menambah koleksi dengan buku-buku terbitan anyar. Hanya saja, upaya memperkaya jenis buku yang disewakan tak sejalan dengan keuntungan usaha persewaan yang terus merosot. Pemilik taman bacaan, Novrianto (37 tahun), mengaku bahwa saingan terberat yang ia hadapi adalah digitalisasi media tulisan.

Novrianto mencoba merunut ke belakang. Seingat dia, laju penambahan anggota taman bacaan semakin menurun sejak 2013 lalu saat penggunaan media sosial berkembang begitu pesat. Sejak itu, jumlah pendaftar terus menurun.

Saat ini, Novrianto menyebut, jumlah peminjam aktif di Taman Bacaan Amran hanya sekitar 50 orang saja. Peminjam buku pun, kebanyakan adalah para peminat buku-buku lawas termasuk koleksi Kho Ping Hoo yang populer di era 70-an.

photo
Taman Bacaan Amran di Kota Padang/Foto: Sapto Andika Candra/Republika

"Sekarang yang hobi aja, Karena saingannya internet. Member baru ada juga, namun tidak seperti dulu lagi. Dulu ramai. Sejak 2013 internet merabak, pengunjung makin sepi," kata Novrianto.

Meski begitu, Novrianto tetap berusaha memenuhi permintaan pengunjung terhadap judul-judul baru yang bermunculan. Untuk menyiasati kebutuhan modal demi membeli buku-buku baru, Novrianto mewajibkan pendaftar baru untuk memberikan uang jaminan sebesar setengah harga dari harga asli buku pertama yang dipinjam. Misalnya, seorang anggota baru yang ingin meminjam sebuah buku dengan harga pembelian Rp 50 ribu, harus menyetor uang jaminan Rp 25 ribu.

"Nanti uang itu dikembalikan saat dia mengembalikan buku yang dipinjam. Sebenarnya lebih untuk memastikan si pendaftar ini tidak iseng saja," ujar Novrianto.

photo
Taman Bacaan Amran di Kota Padang/Foto: Sapto Andika Candra/Republika

Novrianto yakin, taman bacaan yang ia kelola masih akan bertahan di tengah gempuran digitalisasi media tulis. Meski ia mengandalkan anggota aktif yang merupakan penikmat buku-buku lawas, Novrianto juga tetap berusaha menambah judul-judul buku 'kekinian'.

Tarif penyewaan buku juga dipatok dengan harga yang relatif murah, bervariasi antara Rp 5.00 hingga Rp 10 ribu per buku untuk periode pinjam satu pekan.

"Untuk luar provinsi, saya beri waktu pinjam sampai 1 bulan. Biasanya ada yang pinjam dalam jumlah banyak, saya kirim pakai jasa ekspedisi," katanya.

Sementara itu salah satu anggota aktif, Ismail Zakaria (29 tahun) mengaku cukup terbantu dengan adanya Taman Bacaan Amran di Kota Padang. Ia menilai, taman bacaan yang berlokasi di Jalan Khairil Anwar atau seberang SMA Don Bosco tersebut memberikan pilihan bagi penikmat judul-judul buku lawas.

"Buku lama kan agak susah nyari sekarang. Pilihannya ya di sini, cukup banyak novel dan komik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement