Selasa 17 Nov 2020 05:03 WIB

Ketika Nabi Menasihati Orang yang Cemburu Buta

Manusia harus mengatur rasa cemburunya secara normal.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Ketika Nabi Menasihati Orang yang Cemburu Buta
Foto: pixabay
Ketika Nabi Menasihati Orang yang Cemburu Buta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata orang bijak, cemburu adalah bagian dari cinta. Namun segala sesuatu yang berlebihan, akan menimbulkan dampak yang tak baik, termasuk dalam hal cemburu. Nabi Muhammad pun pernah menasihati orang yang cemburunya tengah memuncak alias cemburu buta.

Dalam kitab Mukhtashar Shahih Bukhari karya Nashiruddin Al-Albani dijelaskan, Nabi SAW pernah menasihati seseorang yang tengah dilanda cemburu buta. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Warrad dari Al-Mughirah bahwa Sa’d bin Ubadah bercerita.

Baca Juga

Hadits tersebut ditulis dengan redaksi: “Wa qala warraadun anil-mughirati: qala Sa’d ibnu ubadata: law ra-aitu rajulan ma’a-ira-ati ladharbatuhu bi as-sayfi ghaira mushfahin. Faqala an-Nabiyyu: atu’jabuna min ghairati sa’din? La-ana aghairu minhu, wallahu aghairu minni,”.

Yang artinya: “Warrad meriwayatkan dari Al-Mughirah bahwa Sa’d bin Ubadah berkata: seandainya aku melihat ada seorang laki-laki berdua bersama istriku, pasti aku membunuhnya dengan pedang. Mendengar itu, Nabi SAW bersabda: apakah kalian heran dengan rasa cemburu Sa’d? Aku sungguh lebih besar rasa cemburuku daripada dia, dan Allah SWT lebih besar rasa cemburu-Nya daripadaku,”.

Dalam hadits lain, Nabi juga menekankan manusia harus mengatur rasa cemburunya secara normal. Sebab setiap dzat memiliki rasa cemburu, namun yang perlu diingat adalah Allahlah yang Maha Pencemburu.

Hadits itu berbunyi: “An Asma annaha sami’at Rasulullah SAW yaqulu: laa syai’a aghairu minallahi,”. Yang artinya: “Asma mengatakan ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: tidak ada yang lebih besar rasa cemburunya dibanding Allah SWT,”.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
لَا يَسْتَوِى الْقَاعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۗ فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً ۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَفَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ
Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,

(QS. An-Nisa' ayat 95)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement