Rabu 24 Mar 2021 11:09 WIB

PDIP: Gerak Menanam Tanaman Jadi Kultur Partai

PDIP telah menggelorakan gerakan menanam tanaman.

Red: Agung Sasongko
buku
Foto: istimewa
buku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan akan meluncurkan buku "Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam" pada Rabu (24/3) yang mengisahkan pengalaman Presiden Kelima RI itu dalam menjaga bumi. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, buku ini akan menjadi panduan seluruh kadernya dalam membangun kultur partai merawat sungai, memersihkan lingkungan, dan menanam tanaman. 

“Berpolitik itu merawat kehidupan, membangun paradaban. Dengan lingkungan hidup yang indah, asri, dan bersih, akan menciptakan rasa syukur. Ruang sosial menjadi nyaman. Karena itulah menanam tanaman bersifat wajib sebagai kesadaran berorganisasi partai," kata Hasto dalam keterangan pers yang diterima, Rabu (24/3). 

Baca Juga

Hasto melanjutkan, buku 'Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam' menggambarkan perhatian Megawati Soekarnoputri yang begitu besar terhadap gerak menjaga lingkungan hidup. Buku itu editornya ialah Kristin dan Maria Karsia. 

"Jalan menanam bagi Megawati merupakan jalan kehidupan, penuh dengan nilai welas asih, tradisi kontemplasi, dan sekaligus jalan menjaga bumi dengan menyediakan oksigen bagi kehidupan," jelas Hasto. 

Hasto menerangkan, PDI Perjuangan telah menggelorakan gerakan menanam tanaman yang bisa dimakan sejak setahun yang lalu. Di dalam program itu, terdapat gerakan menanam tanaman pendamping beras. 

Hasto menilai pihaknya menyadari Indonesia begitu kaya dengan keanekaragaman makanan sehingga bisa berdikari dalam kebutuhan pangan rakyat Indonesia. 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ النَّبِيِّ اِلَّآ اَنْ يُّؤْذَنَ لَكُمْ اِلٰى طَعَامٍ غَيْرَ نٰظِرِيْنَ اِنٰىهُ وَلٰكِنْ اِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَاِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلَا مُسْتَأْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيٖ مِنْكُمْ ۖوَاللّٰهُ لَا يَسْتَحْيٖ مِنَ الْحَقِّۗ وَاِذَا سَاَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْـَٔلُوْهُنَّ مِنْ وَّرَاۤءِ حِجَابٍۗ ذٰلِكُمْ اَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّۗ وَمَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمًا
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.

(QS. Al-Ahzab ayat 53)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement