Kamis 29 Apr 2021 15:56 WIB

Satgas Soroti 10 Provinsi Penyumbang Tertinggi Kasus Positif

10 daerah itu diminta betul-betul memperhatikan penanganan Covid-19 di wilayahnya.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Mas Alamil Huda
 Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.
Foto: Satgas Covid-19.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyoroti 10 provinsi yang menyumbang tertinggi penambahan kasus positif pada April 2021 ini. Ke-10 provinsi tersebut yakni Riau, Sumatra Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Bengkulu, Aceh, Jambi, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta agar kesepuluh daerah tersebut betul-betul memperhatikan penanganan Covid-19 di wilayahnya masing-masing. “Ini adalah alarm bagi 10 provinsi ini karena jumlah kasus positif yang tinggi berpotensi dapat berujung pada kematian apabila tidak ditangani dengan baik sehingga dapat meningkatkan angka kematian secara nasional,” jelas Wiku saat konferensi pers, Kamis (29/4).

Ia juga meminta agar daerah mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien sehingga dapat meminimalisasi potensi kematian. Selain itu, pemerintah daerah juga diminta agar mengawasi kondisi kesehatan pasien Covid-19 tanpa gejala atau dengan gejala ringan.

“Masifkan tracing dan testing sehingga kasus positif dapat terdeteksi sejak dini sehingga tidak terlambat untuk ditangani. Apabila berhasil menekan kematian secara maksimal maka 10 provinsi tersebut akan berkontribusi besar dalam memperbaiki kondisi nasional,” ungkapnya.

Sementara itu, persentase kasus kematian secara nasional saat ini sebesar 2,7 persen. Angka ini telah bertahan selama lebih dari dua bulan terhitung sejak awal Februari 2021. Wiku mengatakan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian yakni dengan menjaga agar setiap kasus positif yang baru terkonfirmasi seluruhnya dapat sembuh dan tidak ada yang meninggal sama sekali.

“Hal ini bukanlah tidak mungkin apabila kita dapat bergotong royong dalam penanganan Covid-19 utamanya dalam perawatan pasien Covid-19, baik pasien dengan gejala ringan, sedang, hingga berat,” tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement