Senin 10 May 2021 16:39 WIB

Kuartal I, Pelaku UMKM Daring Pulih Lebih Cepat

Indeks BRI ini menunjukkan, ada 34,1 persen pelaku usaha daring yang meningkat

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
Seorang warga menggunakan pembayaran nontunai Quick Response Indonesia Standard (QRIS) saat membeli kopi di warung kopi Jalik Rumbuk di Mataram, NTB, Selasa (12/1/2021). Menurut data Bank Indonesia (BI) pada tahun 2020 sebanyak 5,8 juta merchant secara nasional dan hampir semuanya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah terhubung dengan alat pembayaran QRIS dan BI menargetkan pada tahun 2021 sebanyak 12 juta UMKM akan mulai masuk dalam ekosistem digitalisasi  serta terhubung dengan alat pembayaran QRIS yang memungkinkan adanya transaksi tanpa tatap muka sehingga pembayaran bisa berlangsung cepat, mudah, aman dan andal.
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Seorang warga menggunakan pembayaran nontunai Quick Response Indonesia Standard (QRIS) saat membeli kopi di warung kopi Jalik Rumbuk di Mataram, NTB, Selasa (12/1/2021). Menurut data Bank Indonesia (BI) pada tahun 2020 sebanyak 5,8 juta merchant secara nasional dan hampir semuanya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah terhubung dengan alat pembayaran QRIS dan BI menargetkan pada tahun 2021 sebanyak 12 juta UMKM akan mulai masuk dalam ekosistem digitalisasi serta terhubung dengan alat pembayaran QRIS yang memungkinkan adanya transaksi tanpa tatap muka sehingga pembayaran bisa berlangsung cepat, mudah, aman dan andal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Digitalisasi pemasaran oleh pelaku UMKM di Indonesia semakin masif akibat pandemi Covid-19, mulai berbuah positif. Terbukti, hasil penjualan barang/jasa pelaku UMKM yang melakukan pemasaran online (daring) lebih baik dibandingkan pengusaha yang memasarkan secara langsung/offline (luring).

Perbaikan kondisi pelaku UMKM ini terlihat dari Indeks UMKM atau BRI Micro & SME Index (BMSI) edisi kuartal satu 2021. Indeks besutan BRI ini menunjukkan, ada 34,1 persen pelaku usaha daring yang meningkat hasil usahanya dibandingkan kuartal empat 2020.

Pada saat yang sama, hanya 26,5 persen UMKM luring yang membaik usahanya dibandingkan kuartal empat 2020. Selain itu, survei BMSI juga menyampaikan, pelaku UMKM yang menurun pendapatan usahanya dalam tiga bulan terakhir adalah dari kalangan pelaku usaha luring (offline), sebesar 3,9 persen lebih tinggi daripada pelaku usaha daring pada 40,7 persen.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengungkapkan, secara umum aktivitas penjualan pelaku UMKM daring lebih tinggi dibandingkan yang luring.“Bahkan beberapa sektor usaha sudah memiliki BMSI di atas ambang batas 100 (optimistis), seperti: pertanian dan industri pengolahan dan pertambangan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (10/5).

Hal ini terlihat salah satunya pada pelaku UMKM daring sektor industri pengolahan dan pertanian yang meningkat di atas ambang 100 pada kuartal satu 2021. Pada sektor pengolahan, BMSI pelaku UMKM daring ada di posisi 101,8 dan sektor pertanian pada level 101,2.

Angka indeks di atas 100 menunjukkan semakin optimisnya kondisi usaha sektor-sektor tersebut. BMSI periode ini menunjukkan, kegiatan usaha pedagang ternyata lebih baik bagi mereka yang juga melakukan pemasaran secara daring dibanding hanya mengandalkan penjualan luring semata.

“UMKM yang melakukan pemasaran online juga lebih optimistis bahwa usahanya akan semakin membaik dalam tiga bulan mendatang. Kategori ini juga memberikan penilaian yang lebih baik terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan maupun sektor usahanya. Porsi UMKM yang melaporkan penjualannya meningkat lebih besar adalah pada kategori pemasaran online,” ungkapnya.

Secara umum, aktivitas bisnis UMKM di Indonesia semakin membaik ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Aktivitas Bisnis (IAB) pelaku UMKM dari 81,5 pada kuartal empat 2020 menjadi 93,0 pada kuartal satu 2021. Adapun peningkatan ini disebabkan mulai menggeliatnya aktivitas masyarakat, peningkatan produksi, adanya panen raya, dan relaksasi LTV properti.

Optimisme pelaku UMKM dalam menyambut kuartal kedua tahun ini juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari Indeks Ekspektasi Aktivitas Bisnis (IEAB) pada BMSI yang naik dari 105,4 menjadi 128,0.

Para pelaku UMKM juga memberikan penilaian yang membaik terhadap kondisi perekonomian makro secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan dari kenaikan Indeks Sentimen Bisnis (ISB) dari 90,2 per kuartal empat 2020 menjadi 115,5 pada kuartal satu 2021. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement