Senin 28 Jun 2021 05:13 WIB

Karier Militer Jenderal Tempur Wijoyo Suyono

Wijoyo merupakan Komandan ke-6 Kopassus pengganti Sarwo Edhie Wibowo.

Red: Erik Purnama Putra
Jenderal TNI (Purn) Wijoyo Suyono bersama Tinton Suprapto yang menyerahkan Satyalancana Perintis Kemerdekaan.
Foto: Dok
Jenderal TNI (Purn) Wijoyo Suyono bersama Tinton Suprapto yang menyerahkan Satyalancana Perintis Kemerdekaan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Jenderal TNI (Purn) Wijoyo Suyono (93 tahun) memiliki karier militer yang panjang. Wijoyo meniti karier dari pangkat Letda, Lettu, dan Kapten di Surabaya. Saat Kapten sebagai perwira Staf Resimen 33 Divisi VI/Narotama, dan Kepala Staf Batalyon 29.

Setelah itu, barulah ia dipercaya menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri(Yonif) 511 (1949-1953). Usai menjadi Wakil Danyon, ia pun dua kali dipercaya menjadi komandan batalyon. Diawali sebagai Komandan Yonif 505/Brawijaya (1953-1955) dengan pangkat masih Kapten senior.

Selama 10 tahun menjadi perwira pertama, Wijoyo kemudian naik menjadi perwira menengah, Mayor. Kembali menjadi Komandan Yonif 514 (1955-1957). Lalu dikirim belajar ke Sekolah Stafdan Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Bandung (1957-1959). Usai Seskoad ditempatkan di Pusat Infanteri Angkatan Darat, sebagai guru militer taktik (1959).

Empat tahunmenjadi Mayor Infanteri, ia dipromosikan menjadi Letnan Kolonel Infanteri sebagai Kepala Staf Resimen Para Komando AD (RPKAD) pada 1959-1961. Kemudian menjadi Komandan Brigade/Para, Caduad-Kostrad (1961-1963). Ia akhirnya ditugaskan belajar ke Amerika Serikat (AS) di US Army Command & General Staff Colledge, Forth Leavenworth (1963-1964).

Pangkat Letkol Infanteri dijalaninya selama lima tahun. Pulang dari AS, ia naik pangkat menjadi Kolonel Infanteri. SebagaiPerwirabantuan (Paban) Operasi Staf Umum II AD (1964-1965). Anak buah dari Asisten Operasi Panglima Angkatan Darat, Mayjen Jamin Ginting, lulusan komandan kompi Gyugun Sumatra tahun 1945.

Jenderal tempur

Hanya duatahun Wijoyo menjadi Kolonel, kemudian dipromosikan menjadi perwira tinggi. Total selama 20 tahun ia menjadi perwira pertama dan menengah. Akhirnya menjadi jenderal bintang satu (Brigadir Jenderal TNI) dalam usia 37 tahun, ketika situasi genting peristiwa Gerakan 30 September (G30S)/PKI tahun 1965.

Dia menjadi perwira tinggi dengan jabatan pertama, Panglima Komando Tempur IV (1965-1967). Lalu menjadi Komandan Puspassus (Pusat Pasukan Khusus) AD (1967-1970). Wijoyo menggantikan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.

Puspassus adalah nama pengganti Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Komandan RPKAD sebelumnya untuk pangkat Kolonel. Setelah itu, jabatan tersebut dinaikkan statusnya dijabat Brigjen. Sebagai Komandan ke-6 Kopassus, Wijoyo sudah berpangkat Brigjen. Promosi lagi sebagai Panglima Kodam XIII/Merdeka di Sulawesi Utara (1970-1971).

Setelah enam tahun dalam pangkat Brigjen TNI, ia naik pangkat menjadi Mayor Jenderal TNI dengan jabatan Panglima Kodam VIII/Brawijaya (1971-1975). Empat tahun menjadi Pangdam Brawijaya, tempat pertamanya sebagai perwira usai lulus dari PETA, Juni 1945.

Akhirnya pada usia 47 tahun, Wijoyo naik pangkat menjadi Letnan Jenderal TNI dengan tiga jabatan. Dimulai sebagai Panglima Kowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) III meliputi Sulawesi dan Kalimantan (1975-1978). Kowilhan kini setara dengan Panglima Kogabwilhan. Jabatan keduanya adalah Panglima Kowilhan II meliputi Jawa, Nusa Tenggara, dan Timor Timur (1978-1980).

Sekaligus sebagai panglima kendali operasional terhadap operasi militer di Timor Timur. Total lima tahun Wijoyo menjadi Letjen TNI hingga usia 52 tahun. Akhirnya, ia pun mencapai pangkat puncak sebagai jenderal bintang empat. Jenderal TNI Wijoyo Suyono menjadi Kepala Staf Kopkamtib (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) pada 1980-1982. Mendampingi Panglima Kopkamtib Laksamana TNI Sudomo.

Perintis kemerdekaan dan lifetime KONI

Purnawirawanbintangempat paling senior saat ini, tak lain Jenderal TNI (Purn) Wijoyo Suyono dengan usia 93 tahun. Sisa dari generasi 1945 yang masih hidup dan tiada habisnya terus mengukir prestasi.

Sebelumnya ada tiga orang, satu generasi dengan usia hampir sama. Namun dua orang wafat tahun ini. Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo, wafat dalam usia 93,5 tahun pada Januari 2021 lalu. Menyusul kemudian Letjen TNI (Purn) Rais Abin, wafat dalam usia 94,5 tahun pada Maret 2021 lalu.

Sayidiman lulusan Akmil Yogyakarta tahun 1948 dikenal sebagai jenderal intelektual. Rais Abin lulusan sekolah tentara tahun 1945 dikenal sebagai jenderal diplomat. Sedangkan Wijoyo dikenal sebagai jenderal tempur.

Ada pula purnawirawan jenderal bintang tiga paling tua yang masih hidup. Ia adalah Letjen TNI (Purn) Soerjo Wirjohadipoetro (104 tahun). Surjo kelahiran Kediri, Jawa Timur, 24 Maret 1917. Terakhir sebagai Asisten Pribadi (Aspri) Presiden Soeharto Bagian Keuangan.

Beda usia Surjo dengan Wijoyo Suyono sekitar 11 tahun. Pada 2015 lalu, Surjo menerima Satyalancana Perintis Kemerdekaan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tahun ini, giliran Wijoyo Suyono juga menerima Satyalancana Perintis Kemerdekaan dari Presiden Jokowi.

Baru-baru ini, Wijoyo juga memperoleh penghargaan 'KONI Lifetime Achievement Award in Sports'. Award ini diberikan atas sumbangsihnya pada olahraga nasional sejak 1970-an. Pemberian penghargaan itu dilakukan pada Jumat (11/6/2021). Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Letjen TNI (Purn) Marciano Norman datang langsung ke kediaman Wijoyo Suyono.

"KONI memberikan 'Lifetime Achievement Award in Sports' kepada Bapak Jenderal Wijoyo Suyonoatas pengabdiannya kepada olahraga. Sampai saat ini(kiprahnya) masih menginspirasi, memberi semangat untuk bisa melahirkan atlet-atlet yang menjadi kebanggaan Indonesia," kata Marciano.

Wijoyo merupakan ketua umum PORKI (Persatuan Olahraga Karate-do Indonesia) pertama (1972-1977). PORKI kemudian berubah menjadi FORKI (FederasiOlahraga Karate-do Indonesia). Bukan hanya di cabang karate, Komandan ke-6 Kopassus itu juga aktif berkecimpung di dunia tenis.

Salah satunya rutin menyelenggarakan turnamen internasional Piala Wijoyo Suyono. Turnamen tenis lapangan ini masih berlangsung hingga 2019. Namun, vakum karena pandemi Covid-19.

"Kita tidak boleh menyepelekan peran olahraga, lalu lepas kaitannya dari pembangunan bangsa. Saya yakin olahraga merupakan salah satu pendekatan atau bentuk kepada pembangunan bangsa, terutama dalam bidang karakter, nation and character building,” pungkas Wijoyo, bersemangat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement