Selasa 31 Aug 2021 18:31 WIB

Limbah Kelapa Menjanjikan, Jabar Genjot Petani Milenial

Perekrutan Petani Milenial di bidang perkebunan ini melalui proses yang panjang.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Limbah Kelapa Menjanjikan, Jabar Genjot Petani Milenial (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Syaiful Arif
Limbah Kelapa Menjanjikan, Jabar Genjot Petani Milenial (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pemprov Jabar, meluncurkan Rintisan Usaha Petani Milenial Bidang Perkebunan di Pelataran Cafe Kopi Mahkota, Kabupaten Garut, Selasa (31/8). 

Menurut Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jabar Hendy Jatnika, di antara komoditas pertanian yang lain, limbah kelapa punya potensi yang cerah di pasar ekspor. Karena, permintaan limbah kelapa, yakni arang dan sabutnya, cukup besar dari luar negeri.

"Menurut para pelaku offtaker kami di sana, ini peluang pasarnya belum bisa dipenuhi, baru 10 persen, tentu 90 persen belum bisa dipenuhi," ujar Hendy.

Oleh karena itu, menurut Hendy, pihaknya terus menggenjot petani milenial di Jabar untuk memanfaatkan berbagai potensi. "Mudah- mudahan pertemuan kali ini menjadi inspirasi bagi semua pihak dalam upaya menumbuhkan petani-petani milenial di Jawa Barat untuk mengisi kekosongan," katanya.

Hendy menjelaskan, peserta program Petani Milenial di Bidang Perkebunan fokus pada sejumlah komoditas, seperti kopi, gula aren, Vanili, pembenihan tanaman perkebunan, dan limbah kelapa.

Dalam proses seleksi Petani Milenial bidang perkebunan, kata dia, telah meloloskan sebanyak 25 orang petani Milenial. Dari jumlah tersebut, sebanyak 15 petani milenial memilih jenis rintisan usaha pengolahan kopi, 4 orang merintis pengolahan gula aren, 2 orang merintis komoditas vanili, 2 orang pembenihan tanaman perkebunan, serta dua petani milenial lainnya memilih rintisan usaha pengolahan limbah kelapa.

"Proses perekrutan Petani Milenial di bidang perkebunan ini melalui proses yang panjang, para Petani Milenial ini sudah melaksanakan bimteknya, dari bimtek teknis juga dengan pengolahan," katanya.

"Secara bertahap dan Alhamdulillah bahwa KUR (kredit usaha) yang disalurkan kepada petani milenial ini sesuai arahan Pak Gubernur untuk memperbanyak sumber permodalan dan offtaker, tidak hanya mengandalkan bank Jabar, kami juga bekerja sama dengan BNI, dan sudah terealisasi lima orang, mudah- mudahan secara bertahap akan bertambah lagi," imbuhnya.

Selain itu, kata Hendy, sejumlah komoditas yang dipilih para Petani Milenial punya pangsa pasar yang baik. Untuk meningkatkan produksi, tentu memerlukan dukungan alat pertanian.

Sementara menurut Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum, pentingnya regenerasi petani di Jabar. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan dan mendukung produktivitas sektor pertanian di Jabar. Sumber Daya Manusia (SDM) bidang pertanian di Jabar pun diminta terus berinovasi dan beradaptasi dengan tuntutan zaman. 

"Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sedang mengembangkan Petani Milenial untuk menjawab permasalahan di bidang pertanian, khususnya regenerasi petani," kata Uu. 

Uu mengatakan, saat ini minat generasi muda untuk mengembangkan sektor pertanian cenderung menurun. SDM sektor pertanian pun didominasi oleh penduduk yang berusia lebih dari 44 tahun. 

Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018  yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang. Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen.

"Pak Gubernur (Ridwan Kamil) sekarang menjawab dengan Petani Milenial, termasuk juga dengan program Santani (Santri Tani)," katanya.

Uu berharap, para peserta yang tergabung dalam program Petani Milenial mampu menguasai ilmu dan teori di bidang pertanian. Kemampuan itu harus dimiliki untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian di Jabar. 

"Karena pertanian kali ini berbeda dengan zaman dulu, kondisi alamnya beda. Kalau dulu _gejebur_ ke sawah, sekarang harus memiliki kemampuan, termasuk teknologi pertanian harus dikuasai," katanya. 

Menurut Uu, Petani Milenial pun harus mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, perbankan, sampai offtaker. "Sekarang tidak ada kata Superman, perlu kekuatan yang lahir berdasarkan kolaborasi. Saya berharap pemuda ada yang berpihak dan mengerti soal pertanian," katanya.

Selain itu, Uu mendorong kepala daerah di Jabar untuk ikut serta meregenerasi SDM di sektor pertanian. Sebab jika kegiatan produksi pertanian hanya dilakukan oleh generasi tua, maka perlahan tapi pasti, jumlah petani akan semakin berkurang dari masa ke masa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement