Selasa 01 Mar 2022 13:24 WIB

Dorong Literasi, ini Buku yang Dibutuhkan Generasi Sekarang

Yang diperlukan bukan buku yang dipenuhi dengan informasi-informasi satu arah.

Red: Irwan Kelana
Siswa TK Islam Al-Iman Citayam, Bojonggede, Bogor  sedang membaca buku.
Foto: Dok Perguruan Islam Al-iman
Siswa TK Islam Al-Iman Citayam, Bojonggede, Bogor sedang membaca buku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek), Zulfikri Anas  mengatakan, CSR BUMN maupun perusahaan swasta dalam bidang literasi sangat penting. “Ini sebagai salah satu bentuk konsistensi kita mewujudkan amanat undang-undang bahwa pendidikan itu tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, termasuk dunia usaha. Kegiatan ini sangat strategis sebagai upaya meningkatkan minat baca kita yang saat ini masih tergolong rendah," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (27/2). 

Di samping itu, hal ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan distribusi buku ke masyarakat yang selama ini dirasakan masyarakat belum merata. "Melalui CSR ini, keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan dan mendistribusikan buku dapat diatasi," ujarnya.

Ketua Yayasan Perguruan Al-Iman, H E Afrizal Sinaro menambahkan sudah selayaknya BUMN dan  BUMD maupun perusahaan swasta  memperbanyak kegiatan CSR-nya dalam bentuk sumbangan buku bagi masyarakat, terutama sekali bagi masyarakat Indonesia di daerah terluar, tertinggal, terdepan (3T). “Hampir bisa dipastikan buku bacaan untuk masyarakat di daerah tersebut tidak tersedia, baik di perpustakaan desa,  masjid, puskesmas, dan di perpustakaan sekolah,” kata Afrizal kepada Republika.co.id, Sabtu (26/2). 

Menurutnya, pemerintah daerah kabupaten perlu menggandeng  BUMN,  BUMD maupun swasta  dan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) untuk menyediakan buku-buku bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. 

"Kalau kerja sama ini bisa berjalan dengan baik, maka usaha pemerintah dalam meningkatkan kapasitas literasi masyarakat akan dapat terwujud untuk mempercepat pembangunan berkelanjutan khususnya peningkatan SDM," ujar  pria yang menjabat sebagai Pengurus Yayasan Gemar Membaca Indonesia (Yagemi) dan anggota Dewan Pertimbangan Ikapi Pusat.

Zulfikri Anas mengatakan buku yang sesuai dengan peserta didik zaman sekarang bukanlah buku yang dipenuhi dengan informasi-informasi satu arah, tapi juga buku-buku yang mengajak siswa untuk berdialog atau melakukan refleksi mendalam tentang suatu hal.  Buku-buku yang disajikan melalui bahasa yang menginspirasi, menghadirkan dialog-dialog dan interaktif.

Selain itu, bisa juga buku-buku ilmu pengetahuan yang disampaikan secara menarik, popular, dan disertai infografis yang membangkitkan daya nalar dan inspiratif. Bisa juga buku kisah-kisah petualangan ilmu menjelajahi alam, kehidupan, dan duni ilmu pengetahuan. 

Di samping buku-buku sains  populer, juga perlu dikembangkan buku-buku cerita, novel yang menghadirkan kisah-kisah sukses yang mengangkat berbagai keunggulan dan kearifan lokal. Misalnya cerita perjalanan mengayikkan terkait berbagai makanan khas daerah atau keunggulan-keunggulan budaya dan karya-karya lainnya. 

Afrizal yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) menambahkan tentunya untuk memenuhi koleksi bacaan masyarakat, Ikapi perlu menyiapkan buku-buku dengan kategori agama, karakter, budaya atau sejarah atau kearifan lokal, gizi atau kesehatan, novel atau cerpen remaja, motivasi dan buku cerita bergambar untuk anak-anak.

Pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka Syarifudin Yunus menambahkan,  secara   prinsip buku-buku yang diperlukan taman bacaan atau perpusatakaan adalah buku-buku bacaan seperti ensiklopedia, sains dan pengetahuan, akhlak dan religi, komik edukatif, dongeng, novel dan lainnya. "Asal jangan buku pelajaran sekolah," ujarnya.

Menurutnya, semakin banyak buku yang dikoleksi taman bacaan pada akhirnya akan menarik anak-anak yang mau bergabung ke taman bacaan atau perpustakaan. "Ada buku maka ada anak, begitu istilahnya," ujarnya.

Dan yang penting komitmen pengelola-nya harus sepenuh hati, jangan setengah hati  mengurus literasi atau buku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement