Imbau Warga tak Mudik, JK: Berkumpul Saja Bahaya

JK mengingatkan warga yang mudik berpotensi memperluas penyebaran Covid-19.

Republika
Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla (JK) kembali mengimbau masyarakat agat tidak melakukan mudik pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Sebab, orang yang nekat mudik dikhawatirkan menjadi pembawa virus corona, dan menyebarkan Covid-19 di kampung halamannya masing-masing.

Baca Juga


"Sebaiknya (mudik) tidak dilakukan dulu," ujarnya, Selasa (14/4).

JK mengatakan Covid-19 memiliki daya penyebaran yang sangat cepat pada setiap orang. Terlebih, kemampuan menyebarkannya akan lebih cepat jika banyak orang yang masih berkerumun.

Oleh sebab itu, Jusuf Kalla walaupun ada sedikit orang yang melakukan pulang kampung, penyebaran wabah masih dimungkinkan terjadi. Meski begitu, JK juga tidak menampik banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan menjadi alasan warga untuk mudik.

Namun demikian, menurut JK, hal tersebut bisa diminimalisasi jika pemerintah dan masyarakat yang lebih mampu secara ekonomi bisa membantu kebutuhan orang yang kehilangan penghasilannya.

"Hitunglah setiap tahun ada 25 juta orang Indonesia yang mudik, kalau 1 persennya saja atau sekitar 25 ribu orang mudik, penyebaran bisa dimungkinkan terus terjadi," ujarnya.

JK mengkhawatirkan, jika dalam jumlah sekitar 25 ribu orang itu ada sedikit orang yang "membawa" virus, ada banyak orang lainnya yang terdampak. Utamanya di pedesaan atau kampung, yang mana aktivitas masih berjalan normal.

"Desa saat ini masih aman bertani atau menyiapkan kebutuhan pokok lainnya," ucapnya.

Alhasil menurutnya, jika para petani atau pekerja yang ada di sector kebutuhan pokok terpapar oleh Covid-19, efek akan semakin besar. Di mana kebutuhan makanan masyarakat lainnya akan terputus atau berkurang signifikan.

"Jadi itu (mudik) risiko sangat tinggi. Berkumpul saja bahaya," ucapnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler