HRW: Aktivis Thailand Diculik di Kamboja
Penculikan aktivis meningkatkan kekhawatiran bangkitnya gerakan misterius di Thailand
REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Organisasi Human Rights Watch (HRW) mengatakan seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) Thailand diculik di Kamboja. Hal itu meningkatkan kekhawatiran bangkitnya gerakan misterius yang mengincar mereka yang lari ke luar negeri untuk dihilangkan atau dibunuh.
HRW mengatakan sekelompok orang menculik Wanchalearm Satsaksit di jalanan di depan apartemennya di ibukota Phnom Penh, Kamboja pada Kamis (4/6) sore. Organisasi HAM internasional itu menyinggung tentang kesaksian saksi mata dan rekaman video keamanan.
Wanchalearm dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil warna hitam yang sudah menunggu di jalur keluar apartemen. Kamboja membantah adanya penculikan dan mengatakan tidak ada rencana untuk menggelar penyelidikan.
HRW mengatakan pada tahun 2018 Wanchalearm mendapatkan surat penahanan atas pelanggaran Undang-undang Kejahatan Komputer. Karena ia mengelola halaman Facebook yang kritis terhadap pemerintah Thailand melalui Phnom Penh.
"Pada saat itu, perwira senior polisi Thailand berjanji membawa pulang Wanchalearm ke Thailand dengan satu atau lain cara," kata HRW dalam pernyataan mereka, Jumat (5/6).
Aktivis yang memiliki lingkar politik yang sama, Somyot Prueksakasemsuk, menghabiskan tujuh tahun di penjara atas kejahatan menghina monarki. Somyot mengatakan saat penculikan terjadi Wanchalearm sedang menelepon dalam perjalanan menuju mini-mart.
Somyot mengatakan orang yang berada di seberang telepon mendengar 'bunyi berisik, sebuah keributan'. Lalu ada laki-laki berbicara dalam bahasa asing dan Wanchalearm mengatakan ia tidak bisa bernafas.
Perempuan itu mengatakan salah seorang teman Wanchalearm memeriksa rekaman video keamanan dan melihat sekelompok orang bersenjata memaksa Wanchalearm masuk ke dalam mobil warna hitam. Setidaknya dari 2016 hingga 2018, ada delapan orang Thailand yang lari keluar negeri diculik di Laos. Jenazah mereka ditemukan di Sungai Mekong.
Mereka yang hilang dicurigai telah diculik oleh regu pembunuh. Para korban memiliki kaitan dengan gerakan politik Red Shirt yang turun ke jalan Bangkok pada 2010. Gerakan itu dihancurkan oleh militer. Para aktivis yang berhasil lari keluar negeri melanjutkan propaganda anti-pemerintah melalui internet.
Pemerintah dan militer Thailand membantah terlibat dalam hilangnya para aktivis itu Laos. Sejak kudeta 2014 dan pemilihan tahun lalu pemerintah Thailand dikuasai militer.
Juru bicara kepolisian Kamboja mengatakan tidak mengetahui keberadaan Wanchalearm dan membantah adanya penculikan. Hal itu karena tidak ada penculikan maka tidak ada penyelidikan yang dilakukan.
"Sejak pagi ini saya menerima 50 panggilan telepon bertanya tentang berita ini tapi jawaban saya ke semua sama, saya mengatakan ini berita palsu, tidak benar," kata Jenderal Chhay Kim Khoue.