Melania Ingin Trump Empat Tahun Lagi di Gedung Putih

Melania Trump menunjukkan rasa simpatinya kepada mereka yang jadi korban Covid-19

AP
Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump.
Rep: Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ibu negara Amerika serikat (AS) Melania Trump berkesempatan berpidato dalam konvensi nasional Partai Republik hari kedua, Selasa (25/8) waktu setempat. Dia berharap para pemilih untuk memilih kembali suaminya, Donald Trump.

"Saya tidak ingin menggunakan waktu berharga ini untuk menyerang pihak lain, karena, seperti yang kita lihat pekan lalu, pembicaraan seperti itu hanya akan memecah negara lebih jauh," kata Melania Trump di hadapan kerumunan yang duduk di Rose Garden Gedung Putih, termasuk suaminya, Presiden Donald Trump di barisan depan, dikutip laman South China Morning Post, Rabu.

Pidatonya sebagian ditujukan untuk para pemilih wanita pinggiran kota yang tidak puas dan telah meninggalkan Donald Trump. Ibu negara itu mengakui rasa sakit yang ditimbulkan akibat pandemi virus Corona. "Saya ingin mengakui fakta bahwa sejak Maret, hidup kita telah berubah secara drastis. Simpati terdalam saya ditujukan kepada semua orang yang telah kehilangan orang yang dicintai," ujar Melania.

"Dan doa saya untuk mereka yang sakit atau menderita. Saya tahu banyak orang cemas dan beberapa merasa tidak berdaya. Saya ingin Anda tahu: Anda tidak sendiri," ujarnya menambahkan.

Melania Trump juga menggambarkan suaminya sebagai orang otentik yang mencintai negara dan ingin membuatnya lebih baik. "Donald Trump tidak akan beristirahat sampai dia melakukan semua yang dia bisa untuk merawat semua orang yang terkena dampak pandemi mengerikan ini," kata Melania Trump..

Melania Trump juga merefleksikan kerusuhan rasial yang melanda negara dalam beberapa bulan sejak kematian George Floyd pada Mei di bawah lutut seorang polisi kulit putih di Minnesota.  Ia meminta masyarakat untuk menghentikan kekerasan dan penjarahan yang dilakukan atas nama keadilan. "Dan tidak pernah membuat asumsi berdasarkan warna kulit seseorang," katanya.

Pidato Melania Trump, yang pada 2016 dituduh plagiat dari pidato Michelle Obama, ditutup pada hari ketika Partai Republik berusaha untuk membentuk kembali narasi seputar ekonomi. Sejumlah pejabat dan orang Amerika sehari-hari mengutip upaya Trump untuk melonggarkan peraturan ekonomi.

"Pilihan ekonomi kami sangat jelas. Apakah Anda menginginkan kesehatan ekonomi, kemakmuran, peluang, dan optimisme, atau Anda ingin kembali ke hari-hari kelam stagnasi, resesi, dan pesimisme?" ujar Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow.

Sebelum pidato Melania Trump, konvensi dibuka ketika Partai Republik menjangkau pendukung inti konservatif mereka dengan melukiskan gambaran suram tentang masa depan Amerika di bawah kepemimpinan Biden. Cissie Graham Lynch, cucu dari mendiang penginjil Pendeta Billy Graham, mengatakan bahwa kepresidenan Biden tidak akan menyisakan ruang bagi orang-orang beriman. Biden beragama Katolik, dan keyakinannya disorot pada konvensi Partai Demokrat pekan lalu di mana dia secara resmi dinominasikan.

Seorang Demokrat, Pete Buttigieg menentang pernyataan Lynch. Mengingat perjalanan yang dilakukan Trump ke sebuah gereja selama protes di luar Gedung Putih untuk memegang Alkitab. "Mereka akan berbicara tentang iman? Pilihannya di sini sangat sederhana. Seorang pria melambaikan Alkitab yang dipinjam, yang lain benar-benar membacanya," cicit Buttigieg melalui akun resmi Twitter-nya.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler