DPRD DIY Minta Seluruh PKL di Malioboro Tes Covid-19

DPRD DIY meminta agar seluruh PKL di Malioboro menjalani tes Covid-19.

Wihdan Hidayat/ Republika
Kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta (ilustrasi)
Rep: Silvy Dian Setiawan  Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta Pemda DIY dan Pemkot Yogyakarta untuk melakukan tes Covid-19 terhadap seluruh pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Malioboro. Baik itu rapid diagnostic test maupun tes swab/PCR.

Baca Juga


Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana usai ditemukannya satu PKL positif Covid-19 di Malioboro. PKL ini pun sudah dinyatakan meninggal pada 4 September 2020 lalu. "Saya minta kawasan Malioboro dilakukan test Covid-19 untuk rekan-rekan PKL yang lain. Lebih baik swab, setidaknya rapid test dengan validitas yang baik," kata Huda di DPRD DIY, Senin (7/9).

Menurut Huda, tes Covid-19 ini penting dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 yang berpotensi lebih meluas di Malioboro. Terutama bagi PKL yang memiliki kontak erat dengan kasus pertama yang ditemukan di Malioboro tersebut.

Selain itu, juga dalam rangka menjamin keamanan pengunjung yang datang ke Malioboro. Sebab, di tengah pandemi Covid-19 saat ini Malioboro sudah banyak dikunjungi baik itu wisatawan DIY maupun wisatawan dari daerah lain.

"Intinya tes Covid untuk yang beraktivitas dan berinteraksi dengan masyarakat luas di kawasan Malioboro sangat penting untuk antisipasi. Sekaligus percontohan penerapan protokol kesehatan di tempat wisata," ujarnya.

Melalui tes Covid-19 ini, akan diketahui penyebaran Covid-19 di kawasan Malioboro. Huda juga meminta agar kawasan wisata lainnya yang sudah beroperasi di DIY untuk melakukan tes Covid-19 kepada pengelola wisata dan komunitas yang beraktivitas di kawasan wisata.

"Hal ini agar tidak terulang lagi kejadian rekan PKL terkena Covid-19, yang akibatnya akan luas dan sulit mengontrol tracing-nya (pelacakan)," jelas Huda.  

Sementara itu, Pemkot Yogyakarta saat ini tengah melakukan tracing terhadap kontak erat dari kasus positif yang sudah ditemukan di Malioboro. Mulai dari anggota keluarga hingga PKL yang bersebelahan dengan kasus positif ini.

"Keluarga ada tujuh orang dan pedagang yang bersebelahan dan kontak erat ada 12 orang yang dilakukan tracing. Keluarganya yang kontak erat ada anak, menantu dan cucunya," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Ahad (6/9) malam.

Heroe menjelaskan, PKL tersebut awalnya masih aktif berjualan di Malioboro hingga 26 Agustus lalu. Namun, pada 27 Agustus pedagang tersebut sudah mengalami gejala Covid-19 yakni demam, batuk dan tidak bertenaga.

Sehingga, PKL tersebut memeriksakan dirinya ke Puskesmas pada 1 September dan langsung dibawah ke rumah sakit pada 2 September. Di rumah sakit, PKL ini menjalani RDT dengan hasil reaktif.

"Anak serta menantu yang mengantar berobat ke Puskesmas dan yang sempat menggantikan jualan," ujarnya.

Setelah RDT, pemeriksaan dilanjutkan dengan menjalani tes swab. Pada 4 September, hasil laboratorium dari swab yang sudah dijalani menunjukkan hasil positif Covid-19.

"Tanggal 4 September hasil swab keluar dan terkonfirmasi positif. PKL ini meninggal sore harinya (di hari yang sama saat hasil swab keluar) dan dimakamkan malam hari itu juga di Kulon Progo," jelasnya.

Walaupun begitu, pihaknya tidak melakukan tracing terhadap pembeli dan pengunjung yang berada di zona tiga Malioboro pada 18-26 Agustus 2020. Sebab, PKL yang meninggal dunia akibat Covid-19 ini masih aktif berjualan di zona tiga Malioboro pada waktu tersebut.

"Kita belum sampai meminta pembeli untuk periksa, sebab masih menunggu hasil tracing. Sebagai informasi, sejak 18-27 Agustus yang mengisi QR Code di Malioboro berjumlah 30.116 orang dan yang masuk zona tiga ada 3500 orang," kata Heroe.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler