Kota-Kota yang Pernah DIdaulat Sebagai Ibu Kota Budaya Islam
Terdapat sejumlah kota yang pernah didaulat sebagai ibu kota budaya Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Setiap tahunnya, Badan Budaya ISESCO memilih tiga kota dari Afrika, Asia dan Timur Tengah sebagai ibu kota budaya Islam. Penyeleksian itu mencangkup signifikansi kontemporer dan historis budaya, arsitektur dan seni daerah, serta kontribusinya terhadap Islam.
Pada 2005, salah satu kota tertua di dunia yang diperkirakan berusia lebih dari 8.000 tahun, Aleppo dipilih menjadi salah satu ibu kota budaya Islam. Meski, keberadaannya mulai memudar pada abad ke-17, sejak Damaskus menggantikannya sebagai ibu kota Suriah pada 1946. Namun, peran penting Aleppo sebagai jalur perdagangan tetap menjadi warisan budaya yang langgeng, dengan beberapa situs arsitektur yang paling menakjubkan.
Aleppo's Souk, yang berasal dari Abad Pertengahan, adalah contohnya, dengan sejumlah besar kios yang menjual sutra dan rempah-rempah. Masjid Agung Aleppo juga merupakan bukti sejarah Islam kota itu dan kepentingan geologisnya.
Sayangnya hari ini, menara abad ke-11 ini berada dalam reruntuhan, dan akhirnya hancur dalam Perang Saudara Suriah. Namun meski banyak situs arsitektur kota telah hancur, kota ini masih tetap menjadi situs warisan dunia UNESCO.
Setahun setelahnya, Kota Tripoli dipilih sebagai ibu kota budaya Islam selanjutnya. Tripoli adalah salah satu kota Islam terawat terbaik di dunia. Di dalam tembok kota Libya itu terdapat sejumlah bangunan ikonik, bukti masa lalu kota sebagai area penting untuk perdagangan.
Salah satunya Masjid Darghut, dibangun pada abad ke-16 adalah contoh bagus dari arsitektur Turki yang telah menduduki kota selama hampir 500 tahun. Masjid ini juga merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Turki. Selain itu, ada Masjid Gurgi yang dibangun pada abad ke-19. Bagian dalam bangunan sederhana ini dihiasi dengan marmer Italia, ukiran Maroko, dan keramik Tunisia dengan 16 kubah berukir rumit.
Alexandria, sebuah situs mercusuar Pharos yang misterius sekarang terkenal dengan perpustakaannya, katakombe, dan amfiteater Romawi dan pilarnya. Sejarah kota Mediterania yang terletak di Mesir Utara ini dimulai pada 331 Sebelum Masehi. Meski lebih mirip dengan kota-kota Yunani dan Romawi di Utara, pesaing Timur Tengah ini justu berhasil merebut gelar ibu kota budaya Islam pada 2008.
Masa lalu Alexandria yang mudah berubah telah menciptakan kota ini kaya akan berbagai budaya. Saat ini, kota ini memiliki sederetan masjid yang mengesankan, yang berasal dari zaman kuno hingga era modern.
Salah satunya Masjid Abu Abbas al-Mursi yang dibangun pada awal abad ke-20, namun memiliki arsitektur yang kontemporer. Masjid lainnya, adalah Masjid Tarbana yang dibangun pada abad ke-17. Bangunan ini memiliki dua kolom di bawah menara yang mengesankan yang merupakan sisa-sisa dari Alexandria kuno.
Setelah Makkah, Madinah, dan Yerusalem, Kairouan dianggap sebagai situs tersuci keempat dalam Islam. Di dalam kota itu terletak salah satu masjid tertua di dunia Islam, Masjid Uqba yang dibangun pada abad ke-7. Kairouan didirikan orang-orang Arab pada 670 M, yang membawa Alquran dan ajaran Islam ke Tunisia.
Wilayah konservatif yang tetap setia pada tradisinya dan merupakan situs warisan dunia penting ini didapuk sebagai ibu kota budaya Islam pada 2009. Sedikit lebih muda dari masjid mitranya di Uqba, Masjid Tiga Pintu didirikan pada 866 M oleh Mohammed bin Kairoun el-Maafri. Interiornya tertutup untuk non-Muslim tetapi fasadnya adalah contoh arsitektur Andalusia yang mengesankan, terbuka bagi siapa saja untuk menghargai.
Pada 2010, kota Tarim dipilih menjadi ibu kota budaya selanjutnya. Kota yang terletak di Yaman Selatan, di Provinsi Hadhramaut ini merupakan salah satu daerah paling religius, dengan sebagian besar penduduknya masih hidup dalam suku.
Kota ini memiliki hampir 365 masjid, beberapa di antaranya berasal dari abad ketujuh. Yang paling mengesankan mungkin adalah Masjid Al-Muhdar, dibangun pada 1915. Ini adalah salah satu bangunan paling terkenal di Tarim, dengan menaranya mencapai lebih dari 50 meter, dan dianggap sebagai salah satu bangunan bumi tertinggi di dunia.
Ada juga Masjid Agung, yang menampung Perpustakaan Naskah Al-Ahgaf yang berisi lebih dari 5.000 manuskrip. Perpustakaan merupakan salah satu pusat pembelajaran Islam terpenting di tanah air dan telah melahirkan sejumlah sarjana Islam yang penting.
Seperti halnya pendahulunya, Kairouan, Kota Tlemcen di Aljazair adalah salah satu wilayah Islam dari Afrika Utara yang dinobatkan sebagai ibu kota budaya Islam. Kota ini membanggakan perpaduan budaya Moor, Andalusia, Islam, Prancis, dan Berber, yang terkait erat dalam arsitektur, musik, dan seni. Kota ini berasal dari abad ke-8, dengan beberapa masjid berasal dari abad ke-11. Salah satu Masjid Agung Tlemcen, yang dibangun pada 1091. Masjid ini merupakan contoh bangunan bergaya.
Almoravid, Mihrab yang rumit (ceruk dinding yang menghadap ke Mekah), termasuk kubah besar dengan lampu gantung yang mengesankan. Masjid lain, Madrasah dan Makam Abu Madyan atau Sidi Bumadyan adalah contoh arsitektur Andalusia selanjutnya. Dibangun pada 1339, makam ini menjadi tempat ziarah umat Islam untuk melihat tempat peristirahatan para mistik sufi. Madrasah ini kemudian menjadi tambahan masjid pada 1347 dan merupakan sekolah penting untuk pembelajaran Alquran.
Pada 2011, Najaf dipilih sebagai ibu kota budaya selanjutnya. Kota yang dianggap sebagai kota Islam tersuci ketiga bagi Muslim Syiah ini, memiliki Masjid Imam Ali adalah situs yang paling banyak menarik peziarah, yang dianggap oleh Muslim Syiah sebagai situs pemakaman sepupu Muhammad serta tempat peristirahatan Nuh dan Adam.
Makam Ali yang mewah adalah fokus utama dari masjid yang dibangun pada 977 untuk membungkusnya. Kubah dan menara masjid dihiasi hampir 50 ribu keramik emas, bahkan lebih mewah dari kemewahan masjid Syiah yang biasa.
Di bagian belakang masjid terletak Wadi Damai, salah satu kuburan terbesar di dunia. Muslim Syiah dari seluruh Arab membawa jenazah mereka ke sarkofagus Ali untuk ziarah terakhir, membawa peti mati di sekitar makam sebelum dimakamkan di Wadi.
Terakhir, Sharjah diakui sebagai ibukota budaya Islam oleh ISESCO, setelah pada 1998 telah dinobatkan sebagai Ibukota Budaya Dunia Arab oleh UNESCO. Berbeda dengan Emirates Dubai dan Abu Dhabi yang lebih glamor, Sharjah justru tetap menggenggam kuat warisan budayanya.
Kebijakan budaya Emirat adalah salah satu yang paling ambisius di Timur Tengah, yang memiliki banyak galeri dan museum. Salah satu inisiatif pemerintah bahkan bertujuan untuk menyediakan perpustakaan buku bagi hampir 50 ribu keluarga. Emirat juga mengadakan acara budaya secara rutin, salah satunya Festival Dua Tahunan Sharjah, menyambut seniman internasional untuk memamerkan karya mereka.