Satgas: Kami Khawatir Kerumunan Tularkan Covid-19

Kerumunan manusia, seperti demo UU Ciptaker tidak bisa dipastikan dalam kondisi aman

FENY SELLY/ANTARA FOTO
Mahasiswa berunjuk rasa di halaman Kantor DPRD Sumatera Selatan di Palembang, Sumsel, Kamis (8/10/2020). Aksi yang diikuti ribuan mahasiswa dari berbagai kampus dan perwakilan buruh ini menuntut dibatalkannya UU Cipta Kerja (Omnibus Law) yang dianggap tidak berpihak pada pekerja dan hanya menguntungkan pengusaha.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengaku khawatir dengan aksi demonstrasi penolakan UU Ciptaker di berbagai wilayah Indonesia beberapa hari yang lalu. Kerumunan massa seperti saat demo bisa memperluas penularan virus corona SARS-CoV2 atau Covid-19.

"Kami dari Satgas sangat khawatir ketika terjadi kerumunan, karena penularan Covid-19 bukan diakibatkan oleh hewan seperti flu burung dan flu babi tetapi oleh manusia. Sementara kerumunan manusia. Termasuk demo UU Ciptaker tidak bisa dipastikan dalam kondisi yang aman," kata Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo saat berbicara di konferensi virtual BNPB, mengenai protokol kesehatan, Senin (12/10).

Berdasarkan data yang pihaknya himpun dua bulan lalu terungkap bahwa tujuh persen dari total pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Selatan, ternyata tidak pernah beraktivitas di luar rumah. Artinya, dia melanjutkan, tujuh persen penderita ini sudah sangat disiplin dan tidak keluar rumah, tidak berhubungan dengan pihak lain tetapi akhirnya terpapar Covid-19.

"Itu dari siapa? Sudah pasti  dari anggota keluarga yang sering beraktivitas di luar rumah," ujarnya.

Oleh karena itu, ia menyebutkan, menimbulkan kerumunan berpotensi terjadinya penularan virus ini. Pihaknya mengajak seluruh komponen bangsa untuk betul-betul menjaga jangan membuat kerumunan karena dampaknya sangat fatal.

Mungkin, ia menyebut orang yang terpapar usai melakukan demo kemarin yang berusia muda dan tidak mengalami apa-apa. "Tetapi ingat, setiap orang pasti punya keluarga, orang tua, orang-orang yang kita sayangi," ujarnya.

Di antara keluarga yang disayangi, ia menyebutkan pasti di antaranya masuk kelompok rentan seperti lanjut usia di atas 60 tahun, kemudian pemilik penyakit penyerta atau komorbid seperti hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, hingga paru.

Ketika anak muda ini terpapar Covid-19 maka risikonya sangat tinggi. "Dari data yang kami peroleh bahwa 80 sampai 85 persen angka kematian pasien Covid-19 adalah mereka yang berasal dari kelompok rentan," ujarnya.

Ia mengajak semua pihak melindungi diri sendiri sekaligus melindungi keluarga dan orang-orang yang disayangi termasuk menyelamatkan dan melindungi dokter. Sebab, pihaknya memperoleh data bahwa sekitar 60 persen angka kematian akibat Covid-19 yang terjadi pada tenaga dokter ternyata dokter umum.

Artinya, dia menambahkan, dokter yang tidak langsung menangani pasien Covid-19 mengalami dampak yang fatal. "Jadi kita diminta patuh pada protokol kesehatan, ini belum sebanding dengan perjuangan dan pengorbanan dokter dan tenaga kesehatan yang merawat pasien di rumah sakit," ujarnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler