Korban Longsor Ciganjur Jaksel Butuh Bantuan Pakaian

Sebagian besar korban longsor Ciganjur Jaksel masih bertahan di pengungsian.

Republika/Putra M. Akbar
Sebagian besar korban longsor Ciganjur Jaksel masih bertahan di pengungsian (Foto: longsor Ciganjur Jaksel)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban terdampak longsor dan banjir di Jalan Damai, Kelurahan Ciganjur, Jakarta Selatan, masih bertahan di pengungsian dan sebagian membutuhkan bantuan pakaian. Tati (50), salah satu warga yang terdampak longsor, mengatakan, semua bantuan hampir semuanya telah diterima warga terdampak, hanya saja warga kesulitan mengganti pakaian dalam.

"Baju, makanan sudah ada semua, tinggal pakaian dalam yang susah," kata Tati yang mengungsi, Selasa (13/10).

Selain Tati, ada sekitar 20 pengungsi yang bertahan di rumah Haji Rohmani. Sebagian besar wanita usia sekitar 20 tahun hingga lansia.

Baca Juga


"Di sini kebanyakan masih muda-muda," ujar Tati.

Tati dan sejumlah pengungsi lainnya belum bisa kembali ke rumahnya karena proses evakuasi material longsor di anak Kali Setu masih berlangsung. Selain itu air juga masih menggenangi permukiman warga setinggi 20 cm atau semata kaki.

Permintaan serupa juga disampaikan Dewi, pengungsi lainnya. Dia juga membutuhkan pembalut wanita serta peralatan kebersihan seperti mencuci pakaian dan rumah. Menurut Dewi, banjir merendam rumah mereka hingga 1,5 meter pada Sabtu (10/10) lalu membuat seluruh peralatan rumah tangga rusak, termasuk pakaian dan lainnya.

"Kita sih baju ada, terima banyak berdus-dus, yang susah itu celana dalam, bra, kaos dalam juga. Jarang ada yang memberikan bantuan itu, kalaupun ada ukurannya besar-besar," ujarnya.

Beberapa warga masih bertahan di pengungsian seperti di pendopo, sekolah alam, mushala dan rumah warga, terutama yang berada di dekat kali. Hingga hari ini, pihak Kelurahan Ciganjur memperpanjang masa tanggap darurat selama tiga hari kedepan karena proses evakuasi material longsor yang menutup anak Kali Setu belum selesai dievakuasi.

Proses evakuasi membutuhkan alat berat untuk mengangkat material tembok dan puing-puing rumah yang hancur. Untuk membuka jalan agar alat berat bisa masuk, sejumlah rumah warga yang berada di pinggir kali dihancurkan untuk jalan alat berat dan mempermudah membangun talud untuk jalan air.

Staf Suku Dinas Sumber Daya Air Kecamatan Jagakarsa, Zen Bachtiar, menyebutkan, pihaknya telah berhasil membuka aliran Kali Setu untuk mengurangi debit yang masuk ke rumah warga.

"Kita buat sodetan, kita buka sedikit-sedikit aliran, ini juga dapat mengurangi aliran kali yang masuk ke pemukiman," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler