Pupuk Indonesia Tingkatkan Kapasitas Pupuk Majemuk
Tak hanya pengembangan produk, Pupuk Indonesia juga bangun pabrik CO2.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa 365 hari kepemimpinan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN ditandai PT Pupuk Indonesia (Persero) dengan terus berupaya mengembangkan bisnis perusahaan, salah satunya melalui penambahan kapasitas produksi pupuk majemuk atau pupuk NPK. Produk NPK adalah pupuk majemuk yang mengandung unsur hara nitrogen, phosfat (P) dan kalium (K) yang dibutuhkan tanaman dan berfungsi untuk meningkatkan hasil pertanian maupun perkebunan.
Kepala Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana mengatakan, pada 2020 ini, telah ditandai dengan beroperasinya pabrik pupuk NPK Fusion II milik anak usaha yakni PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dengan kapasitas produksi 2x100 ribu ton per tahun.
"Pengembangan produk NPK ini merupakan wujud komitmen Pupuk Indonesia Grup dalam menyediakan produk dan solusi pertanian yang terintegrasi guna mendukung ketahanan pangan nasional," ujar Wijaya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Ahad (1/11).
Selain itu, kata Wijaya, PT Pupuk Iskandar Muda yang berlokasi di Lhoksemauwe, Aceh juga tengah dalam proses pembangunan pabrik NPK berkapasitas produksi mencapai 500 ribu ton per tahun. Pabrik NPK PT PIM ini ditargetkan rampung pada 2021 mendatang. Pabrik-pabrik NPK ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar NPK di Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Direktur Utama Bakir Pasaman, lanjut Wijaya, Pupuk Indonesia terus melakukan program transformasi untuk menjadi penyedia solusi pertanian dan nutrisi tanaman di Indonesia.
"Terlebih, penggunaan pupuk NPK sejalan dengan program pemerintah dalam pemupukan berimbang yang menggunakan pupuk majemuk spesifik komoditi dan spesifik lokasi sehingga lebih efisien, tepat guna dan ramah lingkungan," ungkap Wijaya.
Tak hanya pengembangan produk pupuk, ucap Wijaya, perseroan melalui anak usahanya yakni PT Pupuk Kujang juga telah merampungkan pembangunan pabrik CO2 pada September 2020. Keberadaan pabrik ini bertujuan untuk memanfaatkan gas ekses dari proses produksi pabrik Kujang 1A dan 1B. Sehingga, menjadi produk CO2 cair yang bisa digunakan oleh industri lainnya.
Wijaya menjelaskan, pabrik CO2 ini memiliki kapasitas produksi sekitar 50 ribu ton per tahun. Produk akhir pabrik berupa CO2 murni standard food grade ini sangat diperlukan oleh berbagai jenis industri.
Dalam industri makanan dan minuman misalnya, CO2 murni digunakan untuk pembuatan minuman berkarbonasi, pengawetan makanan perikanan dengan dry ice, pemutihan gula, hingga pembuatan rokok. Tak hanya itu, CO2 murni ini juga bisa digunakan dalam industri manufaktur pengelasan, pemutihan kertas, fumigasi pada sektor pertanian, serta secondary oil recover.
Perseroan, sambung Wijaya, berharap pengembangan produk pupuk majemuk dan produk samping ini dapat meningkatkan pangsa pasar (market share), mengingat makin tingginya tren permintaan pasar dalam negeri dan ekspor.
"Hal ini sejalan dengan program kerja Pupuk Indonesia untuk lebih fokus pada diversifikasi produk yang dapat meningkatkan daya saing," kata Wijaya menambahkan.