Desk Pilkada Kabupaten Bandung Optimistis Capai Target

KPU telah membuat skenario terhadap TPS rawan bencana atau terjangkit Covid-19.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas KPPS mengenakan alat pelindung diri (APD) dan pakaian hazmat memasukkan surat suara di TPS 10 Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Rabu (9/12). Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bandung menggelar Pemilihan Bupati 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di 6.874 TPS dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 2.356.412 pemilih. Foto: Abdan Syakura/Republika
Rep: Hartifiany Praisra Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kabupaten Bandung melaksanakan Pilkada Serentak pada Rabu (9/12). Pilkada ini berbeda dari sebelumnya karena berlangsung di tengah pandemi Covid-19.


Ketua Desk Pilkada Kabupaten Bandung Tisna Umaran menyebut pelaksanaan Pilkada dengan protokol kesehatan ketat bisa dijalankan dengan baik. Dia menyebut TPS mampu melaksanakan Pilkada dengan baik dan optimistis bisa mencapai target partisipasi sebesar 77,5 persen.

"Mudah-mudahan, karena ini komitmen bersama dari KPU dan jajaran kita termasuk kecamatan dan desa mudah-mudahan target tercapai," kata Tisna di Desa Mekarwangi Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung, Rabu (9/12). 

Tisna menyebut pemerintah dan KPU telah membuat beberapa skenario untuk TPS rawan bencana dan daerah dengan pemilih yang terjangkit Covid-19. Dalam penanganan TPS rawan bencana, telah dipersiapkan TPS alternatif jika TPS awal terdampak bencana."Kalau ada hal-hal yang //crowded// seperti longsor dan banjir kita sebetulnya ada dari tim bpbd yang sudah siap. Hasil rakor juga salah satunya kesiapan apabila diperlukan mendadak," kata Tisna.

Kabupaten Bandung sendiri memiliki BLK Manggahan yang dipakai untuk isolasi mandiri bagi masyarakat Kabupaten Bandung yang terjangkit Covid-19. Tisna menyebut pelaksanaan di sana pun dilakukan dengan cara jemput bola.

"Itu (BLK Manggahan) didatangi, saran dari pak Mendagri untuk pasien-pasien kondisi sudah memang berat sampai pakai ventilator jangan dipaksa. Karena petugasnya juga riskan. Kalau yang ringan atau OTG itu khusus (jemput bola)," kata Tisna.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler