Volkswagen Minta India Turunkan Bea Masuk Mobil Listrik

Menurut VW, pemotongan bea masuk tidak mengancam industri mobil lokal.

volkswagen.co.uk
Volkswagen ID.3 mobil kompak listrik
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembuat mobil terbesar kedua di dunia, Volkswagen AG, menyerukan bea masuk yang lebih rendah pada mobil listrik di India. Permintaan ini untuk membantu mendorong permintaan kendaraan listrik (EV).

Baca Juga


Serusn VW ini senada dengan Tesla. Menurut kedua perusahaan itu, pemotongan bea pada kendaraan listrik bahkan hingga 25 persen dari level saat ini setinggi 100 persen tidak akan menimbulkan "ancaman besar" bagi pemain domestik. Sebaliknya, pemotongan bea masuk ini justru akan membantu mendorong investasi.

"Pasar EV harus cukup besar untuk investasi masuk dan untuk itu kita tidak boleh menempatkan hambatan," kata direktur pelaksana Skoda Auto Volkswagen India, Gurpratap Boparai, Rabu (11/8), dilansir dari Reuters.

Pembuat mobil Jerman sedang menjajaki EV untuk India dari merek Volkswagen dan Skoda. Namun, perusahaan masih menimbang-nimbang soal bea masuk yang lebih rendah, kebijakan perpajakan yang stabil dan insentif jangka panjang untuk mengambil risiko.

Pengembangan infrastruktur pengisian juga akan mempengaruhi keputusannya. India mengenakan pajak mobil impor yang sepenuhnya dibangun, termasuk EV, setinggi 100 persen. Pemerintah India sedang mendiskusikan proposal untuk memangkas tarif hingga 40 persen, beberapa hari setelah banding Tesla untuk pemotongan.

Hal ini telah memicu keretakan dalam industri otomotif. Pemain global seperti Daimler Mercedes-Benz dan Hyundai Motor mendukung pemotongan yang diusulkan. Namun, pemain domestik seperti Tata Motors menentang usulan itu.

Tata Motors menganggap jika usulan itu dikabulkan maka akan menghambat India untuk meningkatkan produksi lokal."Saya sama sekali tidak mengatakan bahwa manufaktur lokal tidak boleh didorong ... tetapi bea masuk 60 persen dan 100 persen sangat tinggi pada saat ini," kata Boparai.

 

Dia menambahkan bahwa untuk memproduksi EV secara lokal, pertama-tama perlu ada lebih banyak permintaan. Volkswagen menginvestasikan miliaran dolar untuk transisi ke mobil bertenaga baterai, yang diperkirakan akan menyumbang setengah dari penjualan kendaraan globalnya pada tahun 2030. VW memiliki ambisi untuk menyalip Tesla sebagai pembuat EV terbesar di dunia pada tahun 2025.

Sementara India, pasar mobil terbesar kelima di dunia, Boparai memperkirakan ketertinggalan elektrifikasi dibandingkan dengan Eropa dan China karena tingginya harga mobil bertenaga baterai dan kurangnya infrastruktur pengisian lokal.

Pada bulan Juli, Volkswagen memulai penjualan tiga SUV listrik Audi dengan harga sekitar 133 ribu dolar AS. Harga ini jauh dari jangkauan sebagian besar pembeli di India di mana 95 persen mobil dijual dengan harga kurang dari 20 ribu dolar AS.

Tahun depan, VW berencana untuk meluncurkan Porsche Taycan EV di India. Di India ada juga kebutuhan akan EV yang terjangkau dan permintaan untuk itu akan dimulai dengan armada ride-hailing atau perusahaan.

 

"Membangun EV membutuhkan banyak kerja keras. Tidak benar-benar memiliki peta jalan yang jelas dan tidak mengurangi bea akan memperlambat kemajuan menuju EV - baik adopsi maupun manufaktur," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler