Gubes UNS: Taliban Kuasai Afghanistan karena Joe Biden Lemah

Kekuatan Taliban berasal dari rakyat Afghanistan yang ingin menegakkan syariat Islam.

AP/Rahmat Gul
Pejuang Taliban berjaga di Istana Kepresidenan di Kota Kabul, Afghanistan pada Senin, 16 Agustus 2021. Militer AS berjuang untuk mengelola evakuasi yang kacau dari Afghanistan pada hari Senin ketika Taliban berpatroli di ibu kota dan mencoba untuk memproyeksikan tenang setelah menggulingkan pemerintah yang didukung Barat.
Rep: Binti Sholikah Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pasukan Taliban berhasil menguasai seluruh Afghanistan, setelah pada Ahad (15/8), mampu menaklukkan Kabul tanpa perlawanan. Taliban dapat dengan mudah menguasai Afghanistan lantaran pemerintahan yang sah, dipimpin Presiden Ashraf Ghani memilih kabur ke luar negeri.

Guru Besar (Gubes) Bidang Kajian Timur Tengah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Istadiyantha menilai, keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan tidak bisa dilepaskan dari lemahnya pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Joe Biden.

Dia menyebut, tuduhan kepemimpinan Joe Biden lemah juga disampaikan oleh Donald Trump. Sebagai lawan politik Biden di Pilpres AS 2020, sambung dia, Trump mengkritik kebijakan Presiden ke-46 AS yang menarik militer AS dari Afghanistan pada Agustus 2021.

"Hal ini menjadi peluang bagi Taliban untuk menguasai Istana kepresidenan penguasa Afghanistan, bahkan kota Kandahar, Ghazni, dan Kabul hampir seluruhnya dikuasai oleh Taliban," kata Istadiyantha di Kota Solo, Jawa Tengah, Selasa (17/8).

Istadiyantha menuturkan, kekuatan Taliban juga berasal dari rakyat Afghanistan yang dianggap sebagai kelompok yang berusaha memulihkan perdamaian dan keamanan. Selain itu, Taliban dianggap ingin menegakkan syariat Islam yang sesuai dengan yang mereka yakini.

Dia pun menyinggung sejarah, pascaserangan WTC di Amerika Serikat pada 11 September 2001. Kala itu, Presiden Goerge Bush menyerang Afghanistan yang dikuasai Taliban. Dasar AS menyerang Taliban adalah, kelompok tersebut dituduh melindungi Osama bin Laden, yang dianggap bertanggung jawab dalam tragedi 11/9. 


AS juga menuduh Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden sebagai otak dari serangan pesawat mematikan yang menghancurkan menara World Trade Center (WTC) di New York dan Pentagon di Virginia. Hanya saja, tuduhan itu belum bisa dibuktikan hingga kini.

Istadiyantha melanjutkan, ketika Taliban menolak menyerahkan Osama bin Laden kepada AS, militer Paman Sam akhirnya menyerbu dan menguasai Afghanistan. "Saat itu Mullah Omar (pemimpin Taliban dan merupakan kepala negara Afghanistan dari 1996 sampai 2001) dan para pendukungnya berlindung di Pakistan," ucapnya.

"Selama 20 tahun AS menduduki Afghanistan dan perlindungan AS ini akan berakhir pada 31 Agustus 2021," jelas Istadiyantha.

Kini, dengan ditariknya pasukan AS dari Afghanistan, Istadiyantha menganggap, momentum itu digunakan oleh Taliban untuk menguasai kembali Afghanistan. Keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan, juga tidak dapat dilepaskan dari pandemi Covid-19 yang hingga kini masih melanda dunia.

"Drama pendudukan Taliban atas kekuasaan Afghanistan ini masih berlangsung dan terus akan ada berita secara dinamis perkembangan terbaru, sehingga terlalu dini untuk memberikan kesimpulan. Apalagi pihak Taliban yang sekarang sedang berjuang terus untuk menguasai Afghanistan," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler